Len melangkah ke kamar Rin dengan langkah gontai.
Bagaimana tidak? Dirinya telah membunuh seseorang, mana bisa ia bertingkah seolah tidak terjadi apa pun?
Len langsung membuka pintu kamar Rin tanpa izin terlebih dahulu.
Rin menengok ke arah pintu dan melihat Len dengan tangan yang berlumuran darah.
"Ah, Len. Bagaimana? Kau sudah membunuhnya?" Tanya Rin bersemangat.
"Sudah, seperti yang Anda perintahkan," ucap Len.
"Kerja bagus Len! Sekarang kau bersihkan tanganmu di kamar mandiku saja. Bisa gawat nanti jika ketahuan," ucap Rin.
Len mengangguk, segera mencuci tangannya di kamar mandi Rin.
"Baiklah Rin, aku telah selesai dengan perintah yang kau suruh...,"—pandangan Len teralih ke bingkai yang memperlihatkan foto seseorang—"hei, bukankah itu foto pangeran Kaito? Ara, kembaranku ini benar benar sedang jatuh cinta padanya ya?" Ledek Len.
"A-apa sih Len!" Ucap Rin dengan muka memerah. "Su-sudah ah sana kembali ke kamarmu! A-aku mau tidur!"
Len terkekeh dan membuka pintu kamar Rin, "selamat malam, Rin."
Len pun menutup pintu kamar Rin setelah dirinya mengucapkan itu.
"Selamat malam," gumam Rin pelan, bahkan mungkin saja yang mendengar hanya Rin.
****
Esok paginya,
Kerajaan Evilania gempar dengan kabar minister yang tewas di ruang kerjanya.
Banyak yang berprasangka bahwa minister dibunuh karena ada bekas lubang yang ada di jantungnya.
Len yang saat ini berada di ruangan minister bersama Rin dan orang-orang lainnya melihat Meiko yang tengah menangis di pojok ruangan. Ah, Len benar-benar merasa bersalah sekarang.
Len menghampiri Meiko, menepuk bahu Meiko pelan, "Hei Meiko," tegur Len.
"Le-Len, a-ayahku ... dia ... dia ... hiks!" Meiko tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena dilanda rasa sedih, air matanya pun kembali mengalir.
"Diamlah, kau tidak boleh menangis. Meiko itu anak yang kuat 'kan?" Len mengelus pucuk kepala Meiko, hal yang persis ia lakukan jika Rin menangis.
"Ta-tapi, aku tidak akan punya siapa-siapa lagi...," ucap Meiko pelan.
"Hei, masih ada teman-temanmu ingat? Kau tidak akan sendirian...," ucap Len.
Meiko berhenti menangis dan melihat ke arah Len, "aku bersumpah aku akan melenyapkan siapa pun yang membunuh ayahku!" Len melihat mata Meiko yang penuh tekad.
Len pun tersenyum melihat Meiko bangkit dari kesedihannya, walau pun ia tahu bahwa Len lah yang akan dihukum atas semua ini.
Rin yang sedari tadi berdiri diam di sana, dikejutkan oleh kedatangan Kaito yang tiba-tiba ada di hadapannya.
"Ah, pangeran Kaito," ucap Rin mengangkat kecil samping kanan dan samping kiri gaunnya dan menundukkan kepalanya.
Kaito pun meletakkan tangan kanannya di dada dan menunduk membalas hormat Rin.
"Ada apa sampai Anda berkunjung ke istana ini, eh?" Tanya Rin sambil berusaha mengatur detak jantungnya yang berdetak cepat.
"Saya hanya mendengar bahwa Minister telah tewas di ruang kerjanya. Karena saya suka menyelidiki sesuatu, jadi tak ada salahnya jika saya menyelidiki kematian Minister," jelas Kaito sembari tersenyum.
"Begitukah? Ah, aku merasa tertolong. Terima kasih sudah ingin menyelidiki kasus kematian ini. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa saat minister andalan kerajaan ini telah tewas," ucap Rin, mengabaikan fakta bahwa dirinya lah yang memberi perintah kepada Len untuk membunuh minister.
"Kalau begitu, bolehkah saya tinggal beberapa hari atau mungkin beberapa minggi di sini? Setidaknya untuk menyelidiki ini," pinta Kaito.
"Tentu, Anda boleh tinggal di sini selama yang Anda mau, saya merasa terhormat," ucap Rin tersenyum.
Hei, bukankah dengan Kaito yang tinggal di istana Rin, Rin akan dapat menjadi lebih dekat dengan Kaito? Ini akan menjadi kesempatan besar untuk Rin! Jadi kenapa tidak?
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Evil
FanfictionDulu, aku pangeran dan kau putrinya. Sekarang, kau Ratunya dan aku pelayanmu. Dan aku ... bersedia mengorbankan apa pun demi sang ratu. Start = 8 November 2017 End = 19 Mei 2019 Copyright ©2017 by QuinnXena