Rin dan Len mengendap-endap di kawasan kerajaan Midori pada tengah malam, di belakang mereka terdapat para pasukan yang membawa perlengkapan untuk melenyapkan negeri hijau itu.
"Adu-duh. Maaf, Ratu. Aku tiba-tiba ingin buang air kecil, tolong tunggu di sini sebentar dan aku akan segera kembali!" ucap Len.
"Iya-iya, cepat sana!" Ucap Rin.
Len pun memisahkan diri dari Rin dan pasukannya. Ingin buang air kecil sebenarnya hanyalah alasan Len. Dia tak bodoh dengan mengatakan 'Yang Mulia, aku izin pergi untuk menyelamatkan Miku' yang ada nanti Len yang dibunuh terlebih dahulu oleh Rin.
Len segera berjalan mengendap-endap ke alun-alun kerajaan Midori berusaha tidak menimbulkan kebisingan atau pun kegaduhan yang membuat pemduduk terganggu. Tujuannya saat ini adalah pergi ke rumah Miku.
"Miku, Mikuuu!!" panggil Len pelan dari jendela rumah Miku. Tak mendapat sahutan, Len pun mengulangi panggilannya, dengan sedikit lebih keras.
Miku yang mendegar namanya di panggil lantas menoleh, melihat Len berada di depan jendela. Dengan segera, Miku bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri Len.
"Len, sedang apa kau malam malam begini, ke rumahku?" Tanya Miku heran.
"Dengarkan aku, kau harus pergi dari sini," ucap Len serius, mengabaikan pertanyaan Miku. Ayolah, Len saat ini dalam keadaan menghemat waktu. Ia tidak ingin dicurigai oleh Rin karena pergi terlalu lama.
"Eh? Kenapa?" Tanya Miku heran. Pertanyaannya tak dijawab dan Len malah dengan tiba-tiba menyuruh Miku pergi dari sini, siapa yang tidak bingung coba?
Len menghela nafas pelan, "Saudariku Rin, dia ingin memusnahkan, bukan, membakar kawasan ini hingga tak tersisa. Tujuan utamanya adalah ingin kau musnah dari dunia ini ... Setelah negeri hijau hancur Rin akan membunuh semua orang yang memiliki rambut hijau. Kau harus pergi Miku, atau kau akan mati," jelas Len.
Miku pun tersenyum mendengarkan penjelasan Len, "Jika aku harus mati bersama para rakyat lainnya, maka aku tidak keberatan. Lagipula ini keinginan saudarimu, iya 'kan? Aku dengar kau telah bersumpah untuk menuruti semua keinginannya. Maka jalankanlah sumpahmu, ia ingin aku musnah, maka biarlah aku musnah."
Deg!
Hati Len seperti tertusuk ribuan jarum tak kasat mata. Mendengar kalimat itu dari orang yang ingin sekali ia selamatkan membuatnya menyesal telah membuat sumpah itu. Tapi demi Rin, adik manisnya yang sangat ia sayangi, ia rela mengotori tangannya, tapi tidak untuk membunuh Miku....
"Kau itu bodoh atau apa sih?!" Ucap Len gusar. "Kau ingin aku jujur? Aku menyukaimu Miku, sejak pandangan pertama. Aku tidak ingin membunuhmu, jadi ... kau tidak boleh mati!" Sambung Len.
Mata Miku pun terbelalak saat badannya di angkat oleh Len dengan gaya bridal style. "Len turunkan aku!"
"Tidak akan," ucap Len.
Len pun membawa pergi Miku dari rumahnya. Membawanya ke dalam hutan dan menurunkannya di depan sumur.
"Len!" Ucap Miku.
"Apa?! Aku hanya tak ingin kau mati!" Ucap Len frustasi.
"Dengarkan aku, aku akan menyembunyikanmu disini. Kau aman. Masuklah ke dalam ember sumur dan aku akan memasukanmu kedalam sumur tanpa menenggelamkanmu," ucap Len.
"A-apa?!" Ucap Miku terkejut.
"Sudah turuti saja!" Ucap Len.
Miku segera memasuki ember itu dan Len segera menurunkan ember itu perlahan-lahan.
"Dengar, aku sempat membawa buah-buahan sebelum datang kemari. Ini!" Len melempar buah-buahan ke dalam sumur, ke Miku. "Bertahanlah dengan buah itu, kumohon!"
Len pun segera pergi menjauhi sumur itu dan menghampiri Rin dan pasukannya.
"Len kau itu darimana saja sih?!" Ucap Rin berkecak pinggang, kesal menunggu Len yang lama sekali perginya. Kakinya sudah pegal tahu!
"Maaf yang mulia, tadi ada sesuatu yang menggangguku. Tapi tidak apa, semua sudah aman," ucap Len. Kebohongan kembali ia ciptakan.
"Yasudah...," ucap Rin acuh tak acuh.
'Toh, Len tidak akan pernah berbohong kepadaku,' batin Rin. ia berbalik ke belakang, memandangi pasukannya, "kalian semua, tuangkan minyak ini ke seluruh penjuru."
Tanpa banyak membantah, pasukan Rin segera menuangkan minyak tanah itu ke seluruh penjuru negeri hijau. Setelah selesai, pemimpin pasukan pun melapor kepada Rin.
"Bagus! Sekarang...." Rin mengeluarkan sekotak korek api dan menggesekkannya ke tempat yang disediakan di bungkus itu.
Saat korek api itu menyala, Rin segera melemparkan itu ke arah genangan minyak tanah.
Api yang tadinya sangat kecil, kini menjadi besar. Merambat mengikuti aliran minyak tanah, membakar seluruh penjuru negeri hijau.
"Dengan begini tidak akan ada lagi yang menghalangiku dan pangeran Kaito! Hahahaha!" Ucap Rin dengan seringai lebar yang menghiasi wajah mungilnya.
Ratu jahat, tetaplah ratu yang jahat. Tidak akan pernah berubah....
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Evil
FanfictionDulu, aku pangeran dan kau putrinya. Sekarang, kau Ratunya dan aku pelayanmu. Dan aku ... bersedia mengorbankan apa pun demi sang ratu. Start = 8 November 2017 End = 19 Mei 2019 Copyright ©2017 by QuinnXena