20. Regret Message

439 47 0
                                    

Rin memasuki rumah Len yang berada di pinggir pantai dengan perasaan Sedih. Len telah meninggalkannya, bagaimana bisa dirinya menjalani hidup tanpa Len?...

Rin melepas jubah hitamnya dan menggantungnya.

Dirinya ingat saat itu, Len mengajaknya pergi ke pantai ini, dan membuat permohonan dengan menuliskan permohonan itu di selembar kertas dan memasukkannya ke dalam botol kaca, setelah itu lemparlah sekuat tenaga ke laut.

Rin pun keluar dari rumah Len menuju pinggir pantai dengan menggenggam botol kaca Len. Rin ingat saat itu, saat saat dimana Len masih berada bersamanya....

"Len, kau benar benar serius tentang ini" ucap Rin sembari duduk di pinggir pantai.

"Bukan tidak mungkin ini bisa membuat permohonanmu terkabul. Kau mau mencoba seperti ini?" Ucap Len sembari melemparkan botol kaca yang berisi permohonannya.

"Permainan ini untuk pelayan. Aku tidak tertarik untuk mencobanya" ucap Rin bangkit dari tempat duduknya dan melipat kedua tangannya di dada.

Melihat ekspresi Len yang menunjukkan kesedihan, Rin pun berniat memperjelas perkataannya, "Maksudku..." Rin tersenyum ke arah Len.

"Len selalu mengabulkan permintaanku, bukan? Untuk apa aku harus mencobanya" ucap Rin tersenyum senang ke arah Len.

"...Benarkah..." Len menatap botol kacanya yang mengapung mengikuti arus dengan tersenyum.

Kali ini, Rin lah yang akan melemparkan permohonan Len kelaut. Rin melangkahkan kakinya hingga menyentuh air pantai. Matahari hampir tenggelam.

Merasa lucu, dirinya yang dahulu tak pernah mempercayai hal seperti ini, kini malah melakukannya.

Sekuat tenaga Rin melemparkan botol kaca itu. Botol kaca itu mengapung dan berjalan mengikuti arus laut di sore hari.

Rin yang melihat itu pun tersenyum miris. Len harus dihukum karena perbuatan Rin. Len tak seharusnya mendapatkan hukuman yang seharusnya dijatuhkan untuk Rin.

Tanpa sadar, air mata Rin lolos dari matanya. Rin menyesali perbuatannya. Jika saja dirinya dapat melihat dunia luar, dirinya tak akan berbuat seperti ini.

Jika saja dirinya dapat mengerti, jika saja dirinya tak menutup mata dari orang orang, jika saja dirinya tidak egois.

Rin telah melenyapkan banyak nyawa, nyawa nyawa orang tak bersalah lenyap di tangannya. Tangan gadis mungil berusia empat belas tahun.

Gadis mungil yang tak mengenal belas kasihan sedikit pun.

Sebuah tangan menepuk pundak Rin, membuat Rin kembali tersadar dari kegiatan menangisnya.

"A-anu... kau sedang apa disini?" Ucap seseorang itu menanyai Rin dengan hati hati.

Seorang gadis berambut putih panjang, itu yang tampak pada pengelihatan Rin. Tampaknya gadis itu tak tahu menahu tentang Rin.

Terbukti, dengan sopan gadis itu bertanya kepada Rin. Jika orang orang yang melihat Rin, mungkin mereka akan lari ketakutan sembari meneriaki Rin dengan sebutan 'ratu jahat'.

"A-ah... aku, hanya sedang merenungkan sesuatu" ucap Rin membalas pertanyaan gadis itu.

"Begitukah?" Tanya gadis itu memiringkan kepalanya, "tempat ini memang tenang sih, jadi sangat cocok untuk merenungkan sesuatu. Ngomong-ngomong, namaku Yowane Haku" ucapnya.

"Eh? Ah, na-namaku, Rin Kagamine E-" Rin tak melanjutkan kata katanya.

"Eh? Ratu Rin?" Ucap Haku kaget.

"Ka-kau mengenalku?" Tanya Rin hati-hati.

"Ti-tidak juga, sebenarnya. Aku hanya pernah mendengar nama itu, tetapi tak mengetahui bagaimana sifat dan rupanya, sih" ucap Haku.

"Cukup panggil aku Rin" ucap Rin. Diam diam mensyukuri Haku tak tahu menahu tentang dirinya.

"E-eh? Tak apa apa aku memanggilmu tanpa embel-embel Ratu?" Tanya Haku hati hati.

"Tak apa, lagipula..." pandangan Rin teralih menatap langit malam, tak berniat melanjutkan perkataannya.

Haku yang melihat pandangan Rin pun, memilih diam. Dirinya heran, sebenarnya.
Haku baru saja membaca surat kabar yang berisi tentang ‘sang ratu Evilania mati di dalam revolusi’ tetapi yang di hadapannya ini?

Entah dia sedang berhalusinasi atau apa, jelas jelas dirinya melihat dengan jelas, Ratu Rin Kagamine Evilania berdiri di hadapannya. Lantas siapa yang terbunuh?

Memikirkan hal itu membuat kepala Haku bertambah pusing saja.

"A-anu... Ra- ma-maksudku, Rin..." ucap Haku memanggil Rin.

"Ya?" Sahut Rin.

"Kita pulang yuk, hari sudah gelap" ajak Haku.

"Baiklah..."

Rin dan Haku pun berjalan beriring saling berbagi cerita masing masing. Dari situ, Rin dan Haku mulai menjadi Dekat..

Bersambung...

Sedikit petunjuk, yang tulisan miring itu masa lalu yak :v

-Hazel

Story Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang