21. Yowane Haku

414 43 0
                                    

Rin senang bertemu dengan Haku. Setidaknya dirinya dapat melupakan kesedihannya, meski pun hanya sedikit.

"Rin! Hei! Aku daritadi menanyakan jeruk yang baru saja kita petik, manis tidak rasanya?" Pertanyaan Haku membuyarkan lamunannya.

Rin memang akhir-akhir ini sering melamun, masih menyesali apa yang telah di perbuatnya.

Beberapa saat yang lalu Rin dan Haku memang memetik beberapa buah jeruk. Untuk camilan ringan atau sebagai bahan makanan, katanya.

"Manis kok." ucap Rin kembali mengunyah buah jeruk yang telah di buang kulitnya.

Rin menoleh ke arah Haku, yang saat ini tengah melamun. Tadi Rin, sakarang Haku. Aduuh..

"Hei Haku! Kau dengar aku tidak?" Tanya Rin menggoyangkan tubuh Haku.

"A-ah iya? Kau bilang apa tadi?" Haku dengan panik menoleh ke arah Rin.

"Kau melamun? Kenapa?" Tanya Rin menatap Haku.

"Tidak apa apa, hanya saja..." pandangan Haku mengarah ke langit yang cerah, tampak beberapa burung berterbangan di langit.

"Hanya saja..?" Rin masih setia menatap Haku, menuntut untuk diberikan jawaban.

"Hanya merindukan seorang teman. Dia mati terbunuh saat itu." ucap Haku masih menatap langit.

"Owh... aku turut berduka cita.." ucap Rin, sepertinya bukan dirinya saja yang kehilangan orang yang di sayangnya.

"Dia mati terbunuh bersama dengan rakyat rakyat kerajaan Midori. Aku tidak tahu siapa pembunuhnya, tapi seluruh rakyat yang mempunyai rambut hijau musnah olehnya, cuma diriku dari kerajaan Midori yang tersisa dengan rambut putihku ini. Namanya Hatsune Miku." ucap Haku, matanya berubah menjadi sendu. Miku adalah teman pertamanya, mana mungkin ia melupakan Miku.

Deg!

Saat mendengar nama itu di sebut, jantung Rin berdenyut nyeri. Rasa bersalah seketika menghampiri dirinya.

Itu adalah ulahnya, Rin adalah dalang dibalik semua itu. Rinlah yang memusnahkan seluruh rakyat Midori, beserta orang-orang berambut hijau, dengan perantara para prajuritnya.

"Rin? Kau baik baik saja?" Tanya Haku melihat raut Rin yang berubah ketika dirinya menceritakan hal itu.

"Tidak, aku tidak apa apa." Rin memandang ke arah langit.

Rin tidak boleh menunjukkan rasa bersalahnya, ia takut. Ia takut jika Haku mengetahui semua itu, mungkin Haku akan menjauh darinya, atau mungkin memberitahukan kepada orang orang jika ia adalah Ratu Rin yang asli.

Kepala Rin berdenyut nyeri. Pandangannya mulai mengabur, pusing menyerang kepalanya. Beberapa saat kemudian, Rin pingsan. Tepat di samping Haku.

Haku yang melihat Rin pingsan pun panik, "Rin! Hei Rin!" Haku mencoba menepuk nepuk pelan pipi Rin, berharap Rin terbangun.

"Aduh, Rin! Kenapa kau pingsan! Hei!!" Sekali, duakali, Haku mencoba membangunkan Rin. Itu tidak ada gunanya.

Haku pun mencoba menggendong Rin, yang ternyata berat badan Rin memang ringan.

Haku pun membawa Rin yang tengah pingsan itu kerumah Rin. Menaruh badan Rin dengan perlahan ke kasur Rin, berusaha tak membuat Rin lecet sedikit pun.

Haku pun berinisiatif memercikkan air ke wajah Rin, berharap Rin sadar. Dan itu berhasil. Sayup sayup, Rin mengerjapkan matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya yang memaksa masuk ke retina matanya.

"Syukurlah kau sudah sadar Rin. Aku panik tadi saat kau pingsan tiba tiba seperti itu. Kau tidak apa apa?" Tanya Haku khawatir.

"Aku tidak apa apa, hanya sedikit pusing." ucap Rin memegang kepalanya yang masih berdenyut.

"Kau pasti belum makan kan? Mou! Kau ini, makanya makan itu yang teratur, kalau jadi pingsan begini kan aku juga yang repot." Rin terkekeh kecil melihat Haku yang mendumel layaknya seorang ibu yang memarahi anaknya.

"Makanlah, nanti kau sakit." ucap Haku memberikan Rin sepiring makanan.

"Terima kasih." ucap Rin menerimanya.

Dan hari itu mereka habiskan dengan berbincang bincang, entah itu hal yang lucu atau pun hal hal yang lain.

Bersambung...

Story Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang