11 : Dance Party

345 39 0
                                    

"Pesta Dansa?" Len membeo, mewakili pertanyaan bingung para para menteri.

Mereka saat ini berada di ruang rapat, sepertinya Rin ingin mengadakan sesuatu. Pesta, eh?

"Iya! Dance party! Bukankah bagus jika kita mengadakan pesta? Hitung-hitung, untuk menyemangati mereka," jelas Rin.

"Ya ... boleh juga." menteri satu tampaknya memberikan respon positif.

"Kenapa dadakan begini?" Tanya Len.

"Em..." Rin tampak berfikir sejenak, "Tidak ada salahnya jika kita menyemangati rakyat! Aku melihat, sepertinya rakyat-rakyat terlihat lesu dalam bekerja."

"Hm..." mereka pun mengangguk pelan secara bersamaan, "baiklah, kita adakan pesta dansa nanti malam."

Rapat pun di akhiri dengan penyelesaian, akan diadakan dance party malam ini.

"Anu, yang mulia. Kenapa anda begitu ingin dance party ini diadakan?" Len kembali berbicara dengan bahasa formalnya.

"Tentu saja karena aku ingin menari bersama dengan pangeran Kaito! Dengan begitu aku akan lebih dekat dengannya. Ah ... aku benar-benar jatuh hati padanya...," jelas Rin.

Seharusnya Len tahu, jika kata-kata menyemangati rakyat hanyalah sebagai alasan. Tentu saja tidak mungkin bagi Rin untuk terang-terangan menyampaikan tujuan sebenarnya kepasa para menteri.

Tapi, ada yang gawat jika saja ini terjadi. Jika Rin sampai tahu, kalau pangeran Kaito telah memiliki tunangan. Dirinya pasti akan marah besar....

"Ayo kita undang juga kerajaan Midori beserta rakyat-rakyatnya!" Ucap Rin mengejutkan Len.

Baiklah, ini buruk...

Sangat, buruk....

Ketakutannya sepertinya akan menjadi kenyataan, hanya tinggal menunggu lama tidaknya waktu....

Dan jika Rin sampai marah besar, Len tak bisa berbuat apa pun selain menuruti keinginan Rin, yang pasti jauh dari kata baik.

"Hei Len! Aku berbicara denganmu!" Ucap Rin.

"Ah! Kenapa, yang mulia? Maaf saya tadi melamun," ucap Len tertarik kembali ke dunia nyata setelah sibuk dengan dugaannya.

"Aku menyuruhmu untuk menyebarkan undangan pesta ini tahu!" Ucap Rin kesal.

"Baiklah yang mulia. Saya akan menyebarkan undangan ini," ucap Len.

Len pun undur diri dari hadapan Rin dan segera menyebarkan undangan pesta di negeri kuning, maupun negeri hijau.

****

Tengah malam, iya.

Waktu untuk pesta dansa di mulai....

Rin tengah berdiri di depan singasananya memperhatikan para kumpulan rakyat yang berdansa.

Matanya menelik ke sana-kemari mencari keberadaan pangeran Kaito. Sudah beberapa tawaran dansa dari orang lain di tolaknya, hanya untuk berdansa dengan pangeran Kaito.

Matanya mendapati seorang gadis berambut tosca panjang, melihat ke sana-kemari. Tampaknya ia kebingungan, dan tengah mencari seseorang juga.

Dilihatnya tampang gadis itu, mungkin satu atau dua tahun lebih tua dari Rin, tapi siapa yang peduli?

Rin pun kembali mengedarkan pandangannya dan mendapati Kaito tengah berdiri agak ke pojok ruangan. Tempat yang strategis, memang. Pantas saja Rin sulit menemukannya.

Rin pun melangkahkan kakinya sedikit agak cepat ke arah Kaito. Saat dirinya telah agak dekat dengan Kaito, gadis berambut tosca panjang yang tadi dilihatnya datang terlebih dahulu ke arah Kaito.

Memeluk Kaito. Iya, gadis berambut Tosca itu memeluk Kaito, di hadapan Rin.

Mereka berdansa berdua, seolah-olah dunia ini hanya milik mereka berdua, tampak tak menyadari kehadiran Rin.

Rin yang melihat hal itu pun lantas menutup mulutnya dengan kedua tangan. Terkejut? Tentu saja! Siapa yang tidak terkejut melihat orang yang dicintainya tengah berdansa mesra dengan wanita.

Rin pun berlari menjauhi mereka, keluar dari ruangan pesta dansa.

Len yang saat itu tengah bersama Meiko melihat Rin tengah berlari segera mengejarnya, tentu saja setelah berbincang sebentar dengan Meiko.

‘Ada apa dengan Rin? Apakah--pandangan Len beralih ke Kaito, yang tengah berdansa dengan Miku. ‘ini buruk!’

Bersambung...

Story Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang