3 : Message Sea

540 60 8
                                    

"Hei, Meiko!" Panggil Len.

"Apa? Kau tidak akan menanyakan ukuran dadaku lagi, 'kan?" Meiko bertanya memastikan sambil melindungi dadanya dengan mulut yang dikerucutkan.

"Tentu saja tidak," ucap Len sambil terkekeh.

"Lalu ada apa?"

"Aku ingin pergi ke pantai di pinggir kerajaan, rumahku ada di sekitar sana. Kau ingin ikut?"

Meiko pun menggeleng, "aku ingin ikut, tapi tugas ini memaksaku untuk terus tinggal di sini." Meiko menunjuk buku buku tugas yang harus di kerjakannya.

Len pun mengangguk mengerti, "baiklah aku akan pergi sendiri, sampai jumpa Meiko!" Len melambaikan tangan ke arah Meiko dan segera pergi.

"Sampai jumpa!" ucap Meiko membalas lambaian tangan Len.

Meiko pun kembali mengerjakan tugas tugasnya yang tetunda.

"Mou, padahal hari minggu, tapi kenapa aku harus mendekam di sini?" Meiko menggerutu, mengerjakan tugasnya dengan setengah niat.

****

Len menggulung lengan kemejanya saat dirinya telah berada di bibir pantai.

Saat Len tengah menikmati sejuknya angin, seseorang menepuk pundaknya. Spontan, Len berbalik dan menemukan seorang pria tua.

"Ah, ada apa kek?" Len bertanya dengan sopan.

"Harusnya aku yang bertanya kepadamu, kenapa kau ke sini?" Tanya kakek itu.

"Aku hanya ingin menikmati pantai sore," ucap Len mengalihkan pandangannya ke pantai.

"Hanya itu?" Tanya kakek tua.

Len mengerutkan dahinya bingung, "memangnya kenapa?"

"Kau pernah dengar tentang kisah Message Sea?" Tanya kakek itu.

Len yang memang tidak tahu menahu hanya bisa membalas gelengan.

"Hm ... Seperti kau ingin meminta permohonan. Tapi kau menuliskannya di kertas lembar dan dimasukan ke dalam botol lalu melemparnya kelaut...," ucap kakek itu.

"Aku tidak percaya dengan hal semacam itu," jawab Len. Kepalanya melihat ke arah langit yang menunjukkan perpaduannya.

Hari mulai gelap...

"Kenapa kau tidak ingin mencobanya?" Tawar kakek itu.

Len pun lantas menoleh ke arah kakek itu dan melihatnya tengah memegang botol yang berisikan kertas di dalamnya.

Len menimang-nimang sebentar, "Mungkin, aku akan mencobanya."

Kakek itu memberikan botol ke Len yang langsung diterima oleh Len.

Len pun menuliskan permohonannya di kertas itu dan memasukannya kembali ke botol.

'Aku berharap aku bisa bertemu kembali dengan Rin.'

Itu isi permohonannya.

Dengan kekuatan penuh, Len melemparkan botol itu ke arah laut. Botol itu mengalir mengikuti arus.

"Terima kasih ka-- loh?" Len seketika bingung, dirinya tadi ingin mengucapkan terima kasih ke kakek tadi, tapi saat ia berbalik, ia tak menemukan kakek itu di mana pun.

Bulu kuduk Len seketika berdiri. Ia segera pergi ke rumahnya untuk mengambil topinya. Segera ia kembali ke akademi, khawatir jika orang-orang mencarinya.

Hei, dirinya menghilang selama seharian penuh! Dan lagi, hanya Meiko yang mengetahui kemana ia pergi.

****

"LEEEEN!! KAU ITU LAMA SEKALI!!!" Teriakan Meiko menyambut Len begitu ia memasuki gedung akademi.

Len meringis, "Aku tidak menyadari bahwa hampir malam."

"Sepertinya kau sangat menikmati waktumu di pantai, ne." Meiko menatap Len dengan pandangan curiga.

"Tidak juga. Aku di sana bertemu kakek tua dan berbincang-bincang dengannya, tanpa sadar hari mulai gelap," jelas Len, tak memberitahu jika ia membuat permohonan yang disarankan kakek itu.

"Benar hanya itu?" Tanya Meiko menyelidik, "kau tidak bertemu dengan seorang gadis dan jatuh cinta pada pandangan pertama, 'kan?"

"A-apa?" Muka Len memerah mendengar hal itu, "tentu saja tidak bodoh!" Len memukul kepala Meiko pelan.

"I-ittai yo!" Meiko mengelus kepalanya yang dipukul Len, "Lagipula, Len ini 'kan tidak percaya cinta pada pandangan pertama."

"Itu kau tahu," balas Len memutar bola matanya malas.

Bersambung...

Story Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang