Rutinitas yang selalu dilakukan Taeyeon; menjemput Yeonji.
Taeyeon baru saja tiba di sekolah untuk menjemput Yeonji. Tapi, sialnya dia terlambat.
Taeyeon terlambat dua jam karena pekerjaan di kantornya yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Taeyeon mencari keberadaan Yeonji, tapi tidak berhasil menemukannya.
Seorang nenek yang terbiasa membersihkan lingkungan sekolah baru saja memberi tahu pada Taeyeon bahwa Yeonji sudah meninggalkan sekolah bersama seorang pria yang diduga ayah dari teman Yeonji.
Siapa dia?
Orang tua teman Yeonji?
Hati Taeyeon semakin tak tenang manakala pikirannya kembali pada kemarin hari. Dimana ia melihat pria itu.
Sang nenek juga memberi tahu pada Taeyeon bahwa orang tersebut berkata, "kalau ingin menjemput Yeonji, maka jemputlah di taman bermain dekat sungai Han. Kami menunggumu. Kami mengajaknya bermain sebentar sembari menunggumu menjemput Yeonji"
Setelah mendapat kabar tersebut, Taeyeon langsung bergegas ke Sungai Han.
Begitu Taeyeon tiba, matanya tidak berhenti berusaha menangkap keberadaan seseorang bertubuh mungil yang memakai seragam.
Mata Taeyeon terus gencar meneliti ke setiap tempat yang menjadi objek bermain anak-anak.
Taeyeon menyerah jika hanya dengan menatapi satu perasatu setiap anak di sini. Taeyeon kemudian memekik nama Yeonji.
"Yeonji!"
"Yeonji!"
Tidak ada. Tempat ini adalah yang paling dekat dengan sungai, tetapi Taeyeon tidak menemukan sosok anak kecil yang memakai seragam.
Beberapa pasang kekasih yang sedang merangkul, bermanja ria, dan bercumbu adalah pemandangan yang Taeyeon dapat secara cuma-cuma. Tapi, Taeyeon tidak peduli itu. Yeonji adalah prioritasnya.
Taeyeon berbalik badan dan menuju ke tengah taman. Dan saat itulah matanya tertuju pada dua anak kecil yang sedang bermain layang-layang bersama seorang pria yang berpakaian rapi.
"Yeonji!" Pekik Taeyeon.
Anak kecil tersebut menoleh begitu menyadari namanya dipanggil.
"Ibu?!"
Taeyeon berlari menghampiri Yeonji. Begitu juga dengan Yeonji, ia berlari tidak peduli dengan layang-layang yang lepas dari genggamannya. Layang-layang itupun jatuh perlahan mengikuti arah angin.
Yeonji menghampri Taeyeon kemudian memeluknya..
Taeyeon menghela napas lega. Rasa resah kini tergantikan oleh rasa lega.
Kalau memori Taeyeon mengingat mimpi buruk itu. Pikirannya sudah terbang jauh entah kemana.
Taeyeon pikir, kalau mimpi itu merupakan suatu pertanda dalam kehidupan nyata entah itu suatu pertanda baik atau buruk. Walaupun mimpi itu tak ada sangkut paut sekalipun dalam kehidupan sehari-hari.
"Taeyeon?"
Taeyeon menoleh manakala suara milik seorang pria memanggilnya.
Taeyeon tertegun. Hatinya berdesir hebat manakala ia menyadari siapa pemilik suara bariton itu. Suara yang sudah lama tak terngiang di telinganya.Ekspresi Taeyeon saat ini jauh dari kata biasanya. Raut wajahnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Taeyeon menatap sosok pria itu nanar dalam diam.
Rasa senang karena sudah menemukan Yeonji sirna tiba-tiba. Rasa bahagia itu tergantikan dengan rasa cemas dalam diri Taeyeon.
"Taeyeon." Menyadari Taeyeon tak menyahut, pria itu kembali memanggilnya.
Taeyeon bergerak mundur selangkah. Ia masih berusaha menghindari sosok pria yang berdiri di depannya. Mata Taeyeon tak berkedip sekalipun saat menangkap sosok pria yang sejak tadi membuatnya dibayang-bayangi ketakutan. Taeyeon takut dengan keberadaan Jiyong yang berada di hadapannya sekarang.
"Taeyeon, ini aku." Jiyong mengerutkan ke dua alisnya saat menyadari Taeyeon melangkah mundur.
Taeyeon masih sibuk dengan jalan pikirnya.
"Ibu." Kini Yeonji yang berada di belakang tubu Taeyeon mengambil alih. Sebelumnya Taeyeon menarik tubuh Yeonji ke belakang tubuhnya. Melindungi tubuh mungil Yeonji yang seakan-akan menyembunyikan Yeonji dari Jiyong.
Yeonji menggoyang-goyangkan ujung pakaian yang Taeyeon pakai. Jiyong harus berterima kasih pada Yeonji sekarang karena Yeonji berhasil membuyarkan lamunan kebencian Taeyeon.
"Oh. Itu.. iya.., aku Taeyeon." Sahut Taeyeon terbata-bata pada akhirnya.
"Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu."
Ada kebahagian tersendiri bagi Jiyong saat ia bertemu dengan Taeyeon. Tapi, tidak dengan Taeyeon. Dia malah merasa bahwa sekarang akan dimulainya penderitaan baginya.
Harapan Taeyeon untuk tidak bertemu dengan Jiyong lagi di masa depan tidak jadi terkabul. Pria ini mungkin tidak akan membiarkan Taeyeon pergi begitu saja. Jiyong pasti tidak akan melepas wanita yang ia cari selama beberapa tahun untuk ke dua kalinya.
"Aku baik-baik saja." Jawab Taeyeon singkat.
"Apa kau sakit? Wajahmu pucat dan kau berkeringat. Apa kau baik-baik saja?"
"Ya?" Taeyeon menyentuh dahinya. Ia baru sadar ternyata keringat dingin keluar, "Oh, ini. Akuㅡtadi habis lari saat menuju kesini. Kalau begitu, aku permisi, Jiyong-ssi. Terima kasih karena sudah menjaga Yeonji." Taeyeon membungkukkan tubuhku tubuhnya sebagai isyarat berpamitan pada Jiyong.
"Taeyeon-ah!" Jiyong masih tak terima jika Taeyeon pergi begitu saja. Sementara itu, Taeyeon tak menggubris panggilan Jiyong.
"Taeyeon-ah. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu!" Jiyong sedikit memekik manakala tubuh Taeyeon semakin menjauh.
"Taeyeon-ah!"
[tbc]
KAMU SEDANG MEMBACA
the daughter | gtae.
Fanfiction(Cerita sudah tamat) Dari lubuk hati yang paling dalam, pria tersebut masih menginginkan kehadirannya.