Terkadang, mementingkan diri sendiri itu perlu. Namun, kalau terus-terusan membesarkan ego sendiri itu juga buruk.
Dalam kasus ini, Jiyong sadar, walaupun tidak secara terang-terangan, barangkali memang ia terlalu banyak menuntut. Sebuah rencana untuk menikah secepatnya adalah awal permulaan, meskipun ia tahu, ujung-ujungnya akan menikah dan hidup bersama dengan wanitanya. Harusnya, Jiyong juga memberi kesempatan pada Taeyeon untuk mengeluarkan pendapatnya.
Kalau ia tak sadar bahwa akar dari permasalahan ini berasal dari dirinya, mungkin mereka akan saling terus-terusan bersikap acuh tak acuh.
Sebab, ia baru saja mendapat sebuah pesan dari teman Taeyeon,
"Jangan pernah kalian berlarut-larut dan tenggelam dalam masalah. Susul istrimu di tempatku, dan cepat selesaikan masalah kalian!"
Jiyong kira, setelah kemarin malam ia berhasil menenangkan letupan kekesalan Taeyeon, masalah ini sudah selesai.
Tapi nyatanya, hati perempuan itu seperti masih ada yang mengganjal.
Kenapa wanita sulit dimengerti dan pria selalu serba salah? Bukan, itu hanya sebuah konspirasi belaka. Sebab, Jiyong memang akhir-akhir ini telah hilang diri. Jiyong mengenal Taeyeon sudah sangat lama. Dan sifat yang dimilikinya tidak pernah berubah. Jiyong harus sedikit memberi kebebasan pada istrinya.
Dari masalah ini, ia mendapat sebuah pembelajaran, bahwasannya bukan mentang-mentang menjadi kepala rumah tangga maka ia yang memutuskan segalanya, namun masukan dan pendapat dari sang istri juga perlu dipertimbangkan. Bagaimana cara mereka menyinkronkan kedua pendapat yang berbeda menjadi keputusan adalah sebuah prestise yang harus mereka banggakan.
Jiyong sedang berada di dalam mobil sekarang. Setelah memakirkan mobil di bagasi baru saja pulang dari kantor, ia langsung mengecek presensi istrinya di segala penjuru rumah karena pesan tersebut, namun nyatanya tidak ada, lantas ia langsung menyambar kunci mobil dan melesat menuju rumah Tiffany.
Jiyong sudah berhasil memarkirkan mobilnya lagi, di depan ice cream & coffee shop milik Tiffany. Dimana ia baru saja masuk, disitu ada Taeyeon yang sedang duduk membelakanginya.
Tiffany yang duduk di depan Taeyeon itu menyadari kedatangan Jiyong. Hingga membuat pandangan Taeyeon ikut teralihkan dengan apa yang sedang Tiffany lihat.
Taeyeon merotasikan penglihatannya ke arah belakang, ia mendapati sosok sang suami yang masih memakai kemeja kantor. Pria itu melangkah ragu.
"Aku datang untuk menjemputmu," Jiyong sangat berhati-hati kali ini.
Sejurus kemudian, hanya ada sebuah kalimat yang ada dalam benaknya.
Ini pasti ulah Tiffany!
Taeyeon menatap Tiffany dengan amat menyeramkan.
"Aku tahu kalian sedang menghadapi sebuah masalah meski kau tidak mau menceritakannya padaku. Tapi, jangan pernah kau meninggalkannya. Pulang dan cepat selesaikan!" Itu adalah sebuah bisikan seperti ancaman yang berasal dari Tiffany sebelum ia mendorong tubuh Taeyeon hingga berpindah ke arah Jiyong.
"Urusanku dengan Taeyeon sudah selesai. Silakan kalau kalian mau pulang." Tiffany berbicara dengan Jiyong. Tubuhnya membuat gerakan kikuk karena sedang diperhatikan Taeyeon. "Yeonji ketiduran di dalam, aku butuh bantuanmu untuk mengangkatnya."
Taeyeon yang merasa dihianati itu menatap Tiffany takjub. Kemudian membuang tatapan itu malas. Baru saja Taeyeon diperlakukan manis karena Tiffany memperbolehkan Taeyeon menginap, namun mendadak perubahan sikap itu membuatnya ingin sekali membunuhnya sekarang juga.
Tiffany, awas kau!
Jiyong keluar dari sebuah ruangan sembari membawa tubuh Yeonji yang tertidur di dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the daughter | gtae.
Fanfiction(Cerita sudah tamat) Dari lubuk hati yang paling dalam, pria tersebut masih menginginkan kehadirannya.