Halooo, apakah masih ada yg ingat story ini? Kalo lupa, tolong baca part sebelumnya ya! Maaf karena membuat kalian menunggu lama huhu. semangat membaca!
***
Sebenarnya Taeyeon belum siap menikah.
Ini semua terkesan buru-buru.
Bagaimana tidak?
Kasus Yeonji baru saja selesai sekitar sepuluh hari yang lalu, saat itu juga Jiyong mendesak akan menikahi Taeyeon. Selang dua hari berikutnya, Jiyong dan Kiko resmi bercerai. Seminggu setelah perceraian tersebut, Jiyong dan Taeyeon meresmikan pernikahan mereka.
Taeyeon bukan tipikal orang yang hanya memikirkan sesuatu untuk dirinya sendiri. Dia lebih mempertimbangkan orang lain di sekitarnya karena dia mudah terpengruh pendapat orang lain. Orang lain pasti membicarakan hal ini di belakang.
Meskipun hanya pernikahan sederhana yang diselenggarakan di gereja, dihadiri oleh beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga terdekat, tapi tetap saja, semua terkesan seolah terburu-buru.
Permintaan Taeyeon salah satu sebagai isyarat keberlangsungan pernikahan ini, tidak ada
acara pesta setelah acara pernikahan sakral. Atau bahkan bulan madu?Setelah pernikahan yang sakral terselanggarakan, selanjutnya Jiyong mendesak merencanakan bulan madu di Roma. Ada sedikit perdebatan akan hal ini.
Antara Jiyong yang terus menuntut, dan Taeyeon yang tidak setuju. Bahkan Jiyong memperbolehkan Yeonji ikut bersama ke Roma untuk membujuk Taeyeon.
Tapi, jangan berharap Taeyeon mengiyakan.
Taeyeon langsung menimpal detik itu juga, "Jangan bemimpi."
Kalau sudah begini, salah siapa mendesak untuk menyelenggarakan pernikahan secepatnya?
"Yeonji harus fokus belajar. Aku tidak mau dia bolos sampai berhari-hari." Taeyeon masih berusaha menolak dengan lembut. "Lagi pula, kau jangan melupakan kalau aku kurang setuju dengan pernikahan yang terkesan buru-buru ini."
Dan, sesuatu mendadak ada yang berubah dengan sikap Jiyong. Taeyeon merasa penolakannya sanggup membuat pemuda itu menjaga jarak padanya. Meskipun tidak terlihat, namun Taeyeon dapat merasakan akan keganjalan sikap Jiyong.
Kehidupan rumah tangga mereka baru berumur dua hari. Pada umumnya usia-usia ini adalah saat-saat dimana pasangan saling berbagi moment-moment romantis. Tapi, tidak bagi Taeyeon dan Jiyong. Ini justru bagaikan ujian bagaimana cara membangun dan mempertahankan moment tersebut.
"Ji, sepertinya aku akan kembali bekerja di kantor yang dulu."
Jiyong mendadak menghentikan aktivitasnya, ia meletakkan sendoknya di atas piring, tak jadi memasukan sesuap nasi ke dalam mulut. Lantas, ia menghela napas sebelum menyahut, "Apakah penghasilanku kurang untuk mencukupi kebutuhan kita?"
Semenjak kalimat penolakan Taeyeon terlontar tak disengaja saat itu, Jiyong memang menjadi sensitif. Sangat sensitif. Mereka menjadi tak banyak bicara semenjak itu. Dan, Taeyeon pun menjadi tak enak mendengar sahutan Jiyong.
"Ini bukan karena masalah uang, Ji. Ini karena mereka membutuhkan aku. Mereka membutuhkan kehadiranku untuk menyelesaikan kasus besar ini."
"Lakukan sesukamu. Aku tidak ingin menjadi penghalang untukmu. Jadi, lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku berangkat dulu kalau begitu."
Jiyong beranjak dari kursi setelah mengusap area bibirnya dengan tisu. Lantas, ia mengajak Yeonji untuk segera beranjak dan berangkat bersama.
"Oh, ya, hari ini aku tidak bisa menjemput Yeonji pulang karena harus lembur malam ini. Aku harap kau memastikan kepulangan Yeonji.
KAMU SEDANG MEMBACA
the daughter | gtae.
Fanfiction(Cerita sudah tamat) Dari lubuk hati yang paling dalam, pria tersebut masih menginginkan kehadirannya.