26

1K 123 8
                                    

Tiada kebahagiaan lain selain melihat putrinya tertawa.

Namun, beberapa menit yang lalu, tawa Yeonji pudar secara perlahan.

Yeonji mungkin sudah terlihat lelahnya.

Setelah menaiki wahana yang entah kesekian kalinya, mendadak Yeonji terlihat layaknya kehilangan banyak energi. Bahkan dia hanya diam dalam gendongan Jiyong setelah tadi merengek minta digendong.

"Apa kita akan pulang?"

"Bukannya Yeonji sudah lelah dan ingin pulang?" Jiyong sedikit memalingkan wajahnya ke samping. Melirik Yeonji yang sedang menaruh dagu di bahu Jiyong.

Sesekali Jiyong menaikan tubuh Yeonji yang semakin lama semakin menurun seiring dengan langkah kakinya. Sementara Taeyeon juga berjalan di samping mereka sambil membawa tas ransel milik Yeonji yang setiap hari ia bawa kemana-mana.

Memang Yeonji terlihat kelelahan, tapi dia belum mau mengakhiri momen langka seperti ini. Apalagi rencana Yeonji belum terpenuhi, akan membuat dia menyesal kalau mereka pulang sekarang, yang artinya semua akan kembali pada keadaan semula. Yeonji dan Taeyeon pulang ke rumah mereka sendiri, dan Jiyong pulang ke rumahnya sendiri.

Yeonji seakan menemukan ide baru. Sebuah teriakan menggelegar yang berasal dari atas, lebih tepatnya seorang wanita dan pria yang berteriak keras setelah melompat dari ketinggian berpuluh-puluh meter lalu membawa tubuh mereka ke atas kembali.

 Sebuah teriakan menggelegar yang berasal dari atas, lebih tepatnya seorang wanita dan pria yang berteriak keras setelah melompat dari ketinggian berpuluh-puluh meter lalu membawa tubuh mereka ke atas kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, itu pasti sangat menyenangkan." Yeonji berdecak kagum. Sebenarnya, dia sedang memberi sinyal pada Taeyeon dan Jiyong. Kalau menyaksikan berdua menikmati wahana itu pasti menyenangkan.

"Itu tidak diperuntukan bagi anak kecil, Yeonji." Taeyeon menentang.

"Tentu saja Yeonji tidak diperbolehkan menikmati wahana itu. Lalu, kalian yang boleh kenapa tidak mencoba?"

Mendadak sepasang netra Taeyeon dan Jiyong mendelik secara bersamaan. Tidak menyangka kalau Yeonji akan menyuruhnya naik wahana mengerikan itu.

***

Taeyeon menghela napas memikirkan keinginan Yeonji kali ini. Dia tidak pernah menduga kalau ia akan membahayakan kesehatan jantungnya demi keinginan Yeonji yang sedikit aneh. Gadis cilik itu memang menggemaskan.

"Kau tegang?"

Wajah Taeyeon memang sudah menegang serta merta meskipun mereka belum sampai ke puncak. Mereka sedang berada di dalam sebuah ruangan sempit seperti lift. Ini adalah transportasi yang digunakan untuk sampai ke atas. Taeyeon mencoba mengatur napasnya sebelum menjawab.

"Ti-tidak." Sangkal Taeyeon. "Kau sendiri terlihat pucat." Sambungnya.

Jiyong tersenyum mengejek. "Kalau kau takut, mari buat kesepakatan saja dengan Yeonji. Aku yakin Yeonji akan setuju dengan tawaran kita."

"Tidak. Aku tidak takut." Taeyeon terdiam sejenak, kemudian menatap Jiyong curiga. "Melihat dari caramu yang bersikukuh menuduhku dan membuat tawaran dengan Yeonji, kau sendiri yang takut kan?!"

"Tidak." Jiyong memalingkan wajahnya. Ia tengah berusahan menormalkan raut wajahnya yang tegang. "Hanya ayo lakukan!" Sambunya sambil melangkah keluar dan menuju ke tempat dimana beberapa orang petugas dari wahana bungee jump sedang menunggu mereka.

Mereka sama-sama keras kepala. Sama-sama memprioritaskan harga hingga tidak memedulikan kekhawatiran mereka. Ya, meskipun dalam diri mereka masing-masing jantung sudah tidak bisa terkontrol lagi. Dan, kaki Taeyeon benar-benar tidak sanggup menopang tubuhnya karena saking lemasnya.

Kemudian, para petugas memakaikan berbagai alat pengaman mulai dari pengaman kepala hingga tali yang mengait tubuh mereka berdua.

"Mendekatlah." Pinta petugas kepada Jiyong dan Taeyeon.

Jiyong mendengar perintah dari petugas langsung menghadapkan dirinya di depan Taeyeon. Hingga pada saat petugas mengencangkan tali diantara pinggang mereka berdua, mendadak tubuh mereka terdorong dan saling menghantam satu sama lain.

Taeyeon mencoba memalingkan wajahnya yang nyaris membentur dada bidang Jiyong ke arah lain. Ia mencoba tidak melihat ke atas. Darurat kalau dia memang melakukan hal itu.

Di satu sisi, Jiyong yang seperti mendapat bonus melihat ketegangan Taeyeon yang semakin menjadi dari jarak yang amat dekat malah terkekeh. Lucu saja karena Taeyeon yang merasa mual ingin muntah.

Hawa dingin yang semakin menusuk kerongkongan dan rasa gugup membuat Taeyeon ingin memuntahkan semua isi perutnya.

"Kita sudah sampai di sini. Jangan harap akan ada suatu keajaiban yang dapat menghentikan permainan ini."

Dan,

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!"

Suara Taeyeon lebih dulu menggema dengan keras. Dan didetik berikutnya, barulah teriakan Jiyong ikut mengudara. Hanya suara dan terpaan angin yang dapat mereka rasa, sebab mata mereka sama-sama saling terpejam, menikmati sensasi yang menghantam dada masing-masing.  Sedangkan Taeyeon justru memeluk tubuh Jiyong amat erat sambil menenggelamkan wajahnya di dada Jiyong.

Dan begitu tali panjang sebagai penahan tubuh mereka sudah benar-benar lurus,  Taeyeon menengadah, menatap urat-urat leher Jiyong yang menonjol.

"Sialan kau!"

Jiyong tertawa. "Sepertinya, aku akan mati di pelukanmu, Taeyeon-ah."

***

14.03.2019

the daughter | gtae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang