18

1.5K 271 10
                                    


Langit-langit berwarna putih.

Bau obat-obatan yang menyeruak di dalam hidung.

Asap keluar dari penghangat ruangan.

Jarum yang menusuk punggung tangan.

Fix! Ini adalah rumah sakit!

"Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Merasa tak enak?"

Taeyeon mengalihkan perhatiannya pada pria yang tengah membusungkan tubuh di atasnya. Perempuan itu diam tengah mengumpulkan kesadarannya.

"Dimana Yeonji?" Tanyanya setelah mengingat beberapa kejadian yang begitu mencemaskan sebelumnya.

Pria itu tidak langsung menjawab. Ia malah menarik kursi, kemudian duduk di atas kursi tersebut.

"Sebaiknya kau istirahat dulu," Kalimat Jiyong tertahan tatkala membantu Taeyeon yang tiba-tiba ingin mendudukan tubuhnya. "Dokter bilang, kau stress karena terlalu banyak hal yang tidak seharusnya kau cemaskan. Ibuku langsung meneleponku begitu melihatmu tak sadarkan diri."

Taeyeon beralih menatap Jiyong dingin, "Bagaiamana bisa aku tidak cemas ketika istri dan ibumu datang padaku lalu mengatakan kalau mereka akan membawa pergi Yeonji dariku, huh?!"

Kening Jiyong berkerut, "Kau juga merencakan hal ini, bukan?" Terka Taeyeon dengan mata yang sendu.

"Taeng—"

"Istrimu datang sembari membawa tes DNA milik Yeonji yang kemarin kau perlihatkan padaku." Potong Taeyeon tidak memberi kesempatan Jiyong untuk bicara. "Dia bilang, kalian akan mengajukan permohonan hak asuh ke pengadilan, dan kenapa kau lakukan ini padaku?!" Taeyeon meninggikan intonasinya, "Kau menyetujui hal tersebut, heh?!"

Taeyeon meledak seketika. Melihat gadisnya mendadak menitikan air mata dan emosi yang menggebu, Jiyong beranjak dari kursi kemudian berpindah duduk di sisi ranjang.

"Apa, sih, yang kau bicarakan? Aku tidak pernah merencanakan sesuatu yang akan merebut Yeonji darimu, Taeng."

Taeyeon segera menepis tangan Jiyong yang hendak mengusap air matanya. Sementara Jiyong terperanjat melihat aksi gadisnya.

"Jangan pernah bertindak manis di depanku kalau ternyata perlakuanmu di belakang diam-diam menghancurkan hidupku, Ji!"

"Kim Taeyeon!" Jiyong meninggikan suaranya. Dia pikir, gadisnya semakin meracau tidak jelas hingga membuat titik darah Jiyong memuncak.

Mereka saling baradu pandang nyalang, "Kalau kau menyangkal apa yang aku katakan tadi, lalu apa maksud tanda tanganmu yang tertera dalam surat permohonan tersebut, heh?"

Jiyong tidak habis pikir dan tidak salah lagi. Ini pasti perbuatan Kiko. Jiyong membuka mulutnya hendak meloloskan sebuah kalimat, "Kau harus percaya padaku, Taeng. Itu adalah bukan kemauanku." Ujar Jiyong sembari menekan pundak Taeyeon.

Taeyeon segera menarik tangan Jiyong menyingkir dari pundaknya, "Dari awal memang seharusnya aku tidak bertemu denganmu." Pandangan Taeyeon ke bawah. Perempuan itu tidak berani menatap Jiyong yang tengah mendengar penyesalannya.

"Oke, salahkan saja aku. Tapi, kumohon, jangan pernah salahkan hubungan kita. Jangan pernah sesali apa yang telah kita lakukan bersama-sama. Karena itu sama saja kau menyalahkan dirimu sendiri. Aku memang pengecut. Si pengecut yang tidak sanggup melindungi kalian berdua."

the daughter | gtae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang