Triggere warning! This chaptere maybe will bring to your deepest delulu.
—
Untuk kesekian kali, Taeyeon melirik keberadaan pria yang tengah duduk di samping. Kalau Jiyong mau menoleh ke arah wanita tersebut walau satu detik, pasti ia akan menangkap raut kegelisahan yang terpatri di sana. Namun, pikiran pria itu tampaknya masih sibuk bergumul mengenai rencana yang telah ia buat beberapa hari lalu.
Well, bukan tanpa alasan mengapa Taeyeon memilih bungkam pada pria yang menjemputnya di pertigaan gang kediaman barunya, tapi sedikit bergidik takut tatkala Jiyong memasang wajah tegang dan ditekuk masam sejak mereka bertemu—dua puluh menit yang lalu. Apalagi kalimat pria itu yang menginstruksi untuk; hanya mengikuti perkataannya dalam sekali sentak tatkala Taeyeon bertanya mereka akan pergi kemana.
Cemas dan masam, mereka terlihat serupa. Bahkan Taeyeon menggigit bibir bagian bawah ketika mobil Jiyong berhenti di sebuah depan lobi gedung bertingkat. Dari sisi mobil, kepala Taeyeon ikut mendongak mengikuti bangunan yang menjulang tinggi ke atas tersebut. Di detik berikutnya, pandangan wanita itu mengarah pada tulisan sebuah nama salah satu hotel terkenal di sana.
Kening Taeyeon berkerut tipis. Matanya pun sama, mencoba menelesik rencana apa yang sedang Jiyong lesatkan. "Kau masih waras 'kan, Ji?"
Usai melepas seat belt, pergerakan Jiyong berhenti saat tangannya hendak membuka pintu. Ia berbalik lagi menyadari sesuatu ada yang terlewatkan. Tubuh Taeyeon menyusut seketika tatkala Jiyong mendadak bersikap tak terduga. Beringsut mendekat untuk melepas sabuk pengaman yang mengikat, menatap kedua netra Taeyeon sedalam-dalamnya untuk beberapa menit, tidak segan pula mengakui dalam hati tentang indahnya objek di depan saat Jiyong menyapu habis setiap lekukan yang terpahat di wajah itu.
Jiyong sedikit menyeringai. "Memandangmu dalam jarak sedekat ini, mengingatkanku saat kita berada dalam kubangan malam penuh dosa."
Tubuh Taeyeon mendadak tegang di tempat. Matanya terbeliak hebat tatkala menyadari pikiran buruk pria ini mulai bercabang entah kemana.
Taeyeon menepis tangan Jiyong yang tengah bergerak menelusup rambutnya ke belakang telinga, lantas mendorong Jiyong dari jangkauannya. "Kau sinting, memang!"
Kedua netra Taeyeon memandang tak percaya, menggeleng samar, kemudian meninggalkan Jiyong dari tempat pengap itu.
Di sisi lain, entah mereka menyadari atau bahkan tidak sama sekali, sosok pria bertopi dan berpakaian serba hitam tengah mengintai segala pergerakan yang mereka lakukan. Dengan segala kepiawaiannya dalam bidang tersebut, pria misterius itu mencoba memutar kembali pergerakan Jiyong dan Taeyeon yang ia dapatkan melalui kamera berteleskop teramat panjang. Hal tersebut tentu membuat pria misterius itu tersenyum menyeringai ketika puas dengan hasil yang ia dapatkan.
Bukan Kwon Jiyong namanya kalau hal yang sudah ditentukan tidak berpihak kepadanya. Jiyong lekas menyusul Taeyeon dengan langkah kaki tergesa-gesa setelah memberikan sebuah kode pada petugas parkir –yang sedari tadi sudah berdiri di sana untuk menepikan mobilnya.
Namun seolah-olah tidak setuju kepada Jiyong, Taeyeon segera menepis cekalan kuat yang membawa kakinya berpijak pada lantai lobi. Well, ini tidak adil ketika Tuhan menciptakan seorang pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Seakan-akan terkesan, kalau wanita itu adalah makhluk lemah. Berapapun Taeyeon mencoba menepis cengkeram tersebut, pada akhirnya, semuanya akan kembali pada cengkeraman Jiyong.
Taeyeon memohon samar. Ia memelankan suara permohonannya pada lelaki yang masih bersikukuh menarik lengannya. Apalagi saat berpapasan pada beberapa pasang mata yang menatap mereka curiga. Ia menahan rasa malu mati-matian ketika memperlihatkan dirinya diperlakukan paksa oleh seorang Kwon Jiyong. Oleh sebab itu, Taeyeon segera menenangkan diri, lantas memilih diam sambil mengikuti langkah lebar Jiyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
the daughter | gtae.
Fanfiction(Cerita sudah tamat) Dari lubuk hati yang paling dalam, pria tersebut masih menginginkan kehadirannya.