19

1.3K 294 45
                                    

Taeyeon sedikit ragu tentang sikap Jiyong sebelumnya. Dilihat dari sikap jiyong tadi pagi, pria yang begitu mencintainya tidak mungkin berbuat hal semacam ini padanya. Pagi hari sekali, Jiyong mengantar Taeyeon dan menjemput Yeonji di rumah ibunya. Sebenarnya, Taeyeon sudah mengantisipasi hal buruk akan menimpanya. Namun, Jiyong selalu berhasil meyakinkan perasaannya.

Tidak dapat memungkiri, Taeyeon sangat berterima kasih pada Jiyong dan ibunya kali ini karena mereka membantunya kemarin. Hanya hari ini Taeyeon bersyukur pada mereka. selebihnya ia tidak tahu, masih banyak hal yang menjadi misterius dari mereka.

"Eomma yakin baik-baik saja?" Yeonji yang sedang duduk untuk menunggu jatah makan malamnya itu membuka percakapan.

Taeyeon menghentikan aktifitasnya untuk beberapa saat. Diletakkannya kembali sebuah mangkuk berisi cairan telur di sisi kompor, kemudian merotasikan tubuhnya untuk menatap Yeonji, "Iya. Eomma baik-baik saja, Sayang." Taeyeon menyahut sambil sedikit menyunggingkan sudut bibirnya. "Yeonji-ya, maaf. Malam ini, eomma hanya bisa membuatkan telur dadar untuk makan malammu. Kau tidak keberatan?"

Yeonji menggelengkan kepalanya sambil terseyum, "Yeonji tidak apa-apa. Asalkan eomma yang membuatkan, telur itu pasti rasanya tidak jauh berbeda dengan daging sapi."

"Ckck. Kau ini. Baiklah, tunggu sebentar sampai telurnya matang, dan eomma akan mengantarkan untukmu." Taeyeon kembali merotasikan tubunya. Mangkuk yang berisi telur mentah lalu dituangkannya ke wajan yang terasa panas.

"Eomma, apa eomma tahu? Kamar Jihye luas sekali. Banyak mainan yang menganggur di sana."

Tubuh Taeyeon mendadak mematung di sana. Tanpa Yeonji sadari, tangan Taeyeon yang sedang memegang ganggang fryng pan guna membolak-balikan telur itu diam seketika.

"Saat eomma pingsan kemarin, Yeonji bermain sejenak di kamar Jihye sebelum nenek Jihye membawaku ke rumahnya. Lalu, Yeonji bermain bersama Tante Kiko karena nenek Jihye pergi ada urusan sebentar sebelum membawa Yeonji ke rumah Nenek Jihye. Tante Kiko bilang, kalau mau, Yeonji bisa tidur di sana kapan pun sesuka Yeonji. Tapi, Nenek Jihye memaksa Yeonji tidur di rumahnya. Ah, sayang sekali. Yeonji tidak bisa tidur di kamar seindah dan seluas itu kemarin." Dengan polosnya Yeonji mencurahkan isi hatinya, tentang kamar impiannya dan bermain bersama Kiko yang sedang berusaha memikat atensinya.

Tubuh Taeyeon mendadak membeku. Rasa panas kian menjalar seluruh tubuhnya. Secara tidak sengaja, kalimat Yeonji membuat Taeyeon menahan amarah. Dia memang sangat amat sensitif jika siapapun menyebut nama Kiko. Dan mengingat alasan kemarin Taeyeon pingsan, semua itu tidak lepas dari akal busuk Kiko yang ingin menghancurkan hidupnya.

Taeyeon membalikkan tubuhnya dan membuatnya menatap Yeonji nyalang. "Sudah, bicaranya?"

Yeonji menggeleng cepat, "Tidak hanya itu saja. Ternyata, Tante Kiko orang yang baik. Tante Kiko rela menemani Yeonji bermain meski sebentar padahal dia bilang, dia sangat sibuk saat itu. Eomma, kapan-kapan kita harus berkunjung ke rumahnya." Matanya berbinar-binar. Kalimat Yeonji begitu menohok hatinya. Rayuan Kiko seolah berhasil membuat Taeyeon menjadi seorang ibu yang gagal. Gagal karena tidak berhasil membuat keinginan Yeonji terpenuhi. Kamar luas, dan banyak boneka serta mainan di sana.

"Kau masih ingin bermain sambil menghabiskan waktu di sana?" Tanya Taeyeon yang sedang tersulut amarah. Intonasinya berubah menjadi lantang.

Sepertinya Yeonji sekarang sadar, kalau Taeyeon tidak menyukai pembicaraan sebelumnya, tapi mengapa?

"Dan kau bilang, kau ingin tidur di sana?!"

the daughter | gtae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang