Hujan

51 13 2
                                    

Created by ardell04

Hujan. Tiap tetesan dikala derasnya selalu membuat ku takut. Selalu membuat ku khawatir oleh setiap rembesan air yang terserap oleh pori-pori dan mengalir ke dalam tubuh ku, terikat dengan hemoglobin dalam darah ku, dan bercampur dengan aliran plasmanya.

Yang membuat ku makin khawatir adalah, karena aku takut hujan akan semakin membuat luka dalam hatiku menganga makin lebar. Mengingat bagaimana satu tahun yang lalu, pertama kali hatiku terkhianati oleh seseorang yang sebenarnya tak patut ku pertahankan.

Dibawah hujanlah aku menangis, mengingat bagaimana caranya ketika ia melukai ku dgn begitu menyakitkan nya. Karena itulah, hujan selalu mengingatkan ku padanya. Dan karenanya, aku membenci hujan.

Tapi kini, semua berbanding terbalik. Hujan mampu mengggantikan segalanya. Seperti embun yang selalu bercerita tentang hujan yang semalam meninggalkannya, hanya menyisakan sepenggal kisah dan sebuah rasa rindu, tapi mampu membawa udara baru. Pelangi tempat diri ku bercerita, mentari tempat aku tertawa, bintang tempat aku berkeluh-kesah, dan rembulan tempat aku menangis.

Dahulu aku selalu menantikan kehadiran mereka yang selalu datang seolah mengerti dengan diriku. Tapi kini, hujan mampu menggantikan segalanya. Dibawah hujanlah kini aku melakukan segalanya bercerita, menangis, tertawa, berkeluh-kesah, menari dibawah ribuan tetesan nya, dan meneriakkan segala isi hatiku yang tak mampu terdengar oleh siapapun karena seolah-olah hanya hujanlah yang mampu mengerti diriku.

Entah mengapa kini aku sangat menantikan hujan. Menunggunya kembali datang dengan ribuan tetesannya yang indah. Suara gemuruh yang awalnya sangat ku hindari, kini ku maklumi kehadirannya. Seolah ia datang membawa hujan. Semuanya terasa indah saat hujan turun, merangkul kegundahan dan merengkuh kegelisahan.

Semuanya berubah semenjak seseorang hadir dalam hidupku. Ia datang begitu saja, bersama hujan yang dulu kuhindari tapi kini sangat kunantikan kehadiran nya, karenanya Dia hadir tanpa menjanjikan kebahagiaan, tapi mampu membuatku percaya apa itu arti kebahagiaan yang sebenarnya. Perkataan nya, perlakuan nya, dan tatapan nya pada ku mampu mengenyah kan segala pikiran buruk karena trauma ku pada hal yang sama.

Ia mampu membawaku pada ketenangan ketika aku masih asik terpaku pada masa lalu yang tak mau berjalan bersama tuntunan waktu. Entah mengapa, aku mempercayainya. Terlebih, hujan yang membuatku percaya pada segalanya.

---
Seperti biasa, pagi itu aku diantar pergi ke sekolah oleh ayahku. Hari ini, kondisi kesehatan ku agak sedikit terganggu karena pergantian cuaca. Bulan November, mulai memasuki musim penghujan. Selama kurang lebih 6 bulan ini aku harus menelan sendiri rasa benciku pada hujan yang tak tahu harus kulampiaskan pada siapa.

Terlebih, ketika aku mengingat tentang "dia".
Jaket sengaja kurapatkan udara pagi ini cukup dingin seperti menusuk kulit ku. Bagaimana tidak? Pagi buta seperti ini hujan sudah mengguyur kawasan Junior High School tempat ku bersekolah.

Terlebih, aku sedang berada dalam kondisi yang kurang sehat. Awalnya, bunda melarang ku pergi ke sekolah. Tapi aku membujuknya dengan alasan karena hari ini akan ada ulangan yang benar-benar tak bisa kutinggalkan. Hanya sedikit meriang, masih kuat kalau untuk belajar, pikirku.

Jam pelajaran pertama pun berbunyi. Seorang pria berperawakan tinggi masuk ke kelasku. Dia adalah Mr. Gerald, salah satu guru matematika di sekolah ini. Ia mengeluarkan setumpuk soal, lalu membagikannya pada tiap murid. Apa-apaan ini? Ulangan dadakan?Aku tak tahu jika hari ini benar-benar ada ulangan.

"ev,memangnya hari ini ada ulangan ya?" Kutanya Eve, teman sebangku ku,ku lihat dia menganggukan kepala "iya kemarin kan Mr.Gerald sudah memberi tahu kita tentang ini" ternyata benar hari ini memang ada ulangan, bahkan Mr. Gerald sudah memberitahu bahwa akan diadakan ulangan. Mungkin aku sedang tidak mendengarkan ketika Mr. Gerald memberitahu hal itu. Dengan pasrah, aku mulai mengerjakan soal-soal itu. Tak peduli nilai yang akan kuperoleh nantinya.

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang