Man of Midnight

19 1 0
                                    

EI

Malam itu aku berjalan sendirian di jalanan yang lebar dan sepi. Jalanan yang membelah hutan pinus dan tak ada pemukiman di daerah ini. Rumahku berada di pemukiman ujung jalan, dan aku harus menempuhnya dengan berjalan kaki karena sudah tidak ada bus. Udaranya begitu dingin dan menusuk. Bahkan mantel tebalku tak dapat menahannya. Aku mempercepat langkahku seingat malam semakin larut dan tubuhku begitu lelah.

"Ren!"

Sontak aku menoleh ke belakang. Tapi tak ada seseorang pun. Bulu kudukku berdiri. Merinding sekali.

Aku kembali berjalan, kali ini lebih cepat dan bisa dikata setengah berlari. Malam yang gelap dan dingin. Sejak tadi tak ada seorang pun yang melintas di sepanjang jalan ini. Hanya aku seorang. Sungguh sepi. Takutku semakin dalam.

"Ren!" Suara itu memanggilku lagi. Kali ini aku berhenti dan menunduk ketakutan. Kakiku bergetar dan tanganku berkeringat. Angin pun tak henti-hentinya menerpaku dengan dinginnya.

Tap!
Sebuah tangan menyentuh pundakku. Mataku berair, tubuhku bergetar hebat. Ku memberanikan diri untuk menoleh ke belakang perlahan. Pikiranku tak karuan. Seperti ada banyak serangga yang merayapi kepalaku.

"Kau menjatuhkannya."

Seorang pria tinggi kurus sekitar 180 cm lebih berdiri di hadapanku sambil menyodorkan kartu namaku. Sontak aku menoleh ke arah dadaku tempat biasa kartu itu tergantung. Aku menepuk keningku. Kali ini aku merasa bodoh.

"Ah, terimakasih Tuan." Aku meraih kartu itu dan menaruhnya di tas.

Saat aku kembali mendongakan wajah, aku melihat pria itu sudah berjalan menjauh dan memasuki sebuah rumah yang ada di pinggir jalan. Aku tersenyum dan menghela napas.

Baiklah, aku akan pulang sekarang juga lalu berendam di air panas.

=END=

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang