2227: Akhir Yang Mengawali

16 5 2
                                    

  Nama Pengarang: Mochammad Ichsan Kamil

Tema: Merajut Asa Bersama ScrittoreJudul: 2227 - Akhir yang MengawaliGenre: Science FictionRate: General Audiences


"2227: Akhir Yang Mengawali."

December, 2227

Aku duduk termangu di bawah hamparan sinar rembulan yang elok. Dengan hembusan angin menyapa permukaan kulit, kutatap kejora yang mulai menyeruak dari tempatnya berlindung. Malam pun silih berganti, dan aku masih tetap merenungkan semua kenyataan yang ada. Berusaha menerima sebuah takdir pahit yang juga begitu manis untuk diabaikan.

"Hei, Shane!" Kupalingkan arah pandangku menuju pusat suara tersebut. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Maksudku, aku tahu kamu sedang bersedih. Tapi, apa tidak bisa kamu hapus air matamu itu?" ucapnya kemudian, yang ternyata sudah berdiri di sampingku.

Aku hanya terkekeh. "Siapa yang menangis, huh?" Keadaan menjadi senyap dalam sesaat, kupejamkan mataku kemudian. Aroma angin malam benar-benar nikmat bagi seorang Kaum Grounders sepertiku. Ini benar-benar kejadian yang jarang ditemui oleh kaum kami.

"Menurutmu, apa kita sudah berhasil mengalahkan para Kaum Upers, Irene?" Gadis itu menjawabnya dengan senyuman. "Apa kita benar-benar mengalahkan mereka?"

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Irene malah memutar tubuh dan melangkahkan kaki jenjangnya menjauhiku. Tanpa disadari, pandanganku masih terkunci olehnya, membuat kepalaku menoleh ke belakang mengikuti gerak tubuh Irene.

"Itu semua tergantung pada kita, Shane." Posisi Irene sudah beberapa meter di belakangku, langkahnya pun tiba-tiba berhenti. "Kitalah yang akan menentukan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang nanti." Irene menolehkan kepalanya, kemudian muncul sebilah senyuman manis yang mampu membuat jantungku berdegup kencang.

January, 2225

Deru hentakan kaki memenuhi ruangan, membuatku tak nyaman berada di dalam ruang rapat. Orang-orang terlihat sibuk berlarian ke segala arah dengan tumpukan kertas di pelukan. Beberapa dari mereka ada yang tampak santai mengatasi ancaman yang ada. Ya, ancaman dari para Upers yang nampaknya tidak menyukai keberhasilan kami untuk memutarbalikkan takdir yang seharusnya tidak pernah terjadi.

Bosan, kulirik atap gedung yang semuanya terlihat penuh dengan peralatan digital. Banyak kabel dan komputer yang menjulang di atas sana, tak jarang dengan beberapa hologram yang selalu siap sedia menyampaikan situasi yang ada. Kuhela napasku panjang, kemudian kulirik ayah yang tengah sibuk memberi perintah.

"Ayah! Bisakah aku pergi bermain?" ujarku memohon padanya. "Aku bosan terus-terusan berada di sini, Yah!"

Setelah memberikan instruksi pada bawahannya, beliau menghampiriku. "Kamu harus terbiasa, Shane! Kamu satu-satunya pewaris yang akan meneruskan semua pekerjaan ini." Ia menepuk ujung kepalaku, dan mengakhiri perkataannya dengan senyuman.

Aku mendengus kesal. "Tapi aku masih terlalu muda, Yah!"

"Suatu saat kamu akan mengerti, betapa pentingnya kreativitas maksimal yang dapat dikerjakan oleh seorang manusia. Bukan robot atau peralatan canggih lainnya, melainkan manusia," kata Ayah.

Kupingku terasa panas berada di dalam sini, rasanya sebentar lagi keduanya akan mencuat keluar dengan paksa. Lagi-lagi aku hanya bisa memaki kehidupan saat ini melalui lubuk hatiku. Kenapa aku harus dilahirkan pada situasi seperti saat ini? Juga, kenapa harus di kalangan Grounders, bukan Upers?

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang