Princess

66 14 3
                                    

Created by FIYANTIXGIRL3_

Bruggg.....

"Ai-en-ji-ey! Sakittt woiii!" teriak wanita itu. Memukul bahu teman pria-nya dengan sadis.

"Argghhh...Woi! Vellen! stop it!" pria itu bangkit. Menjauh dari Vellen, wanita cantik yang merupakan sahabatnya sedari kecil. Vellen terkekeh mendengar teriakkan dari Rivaldo sahabat kecilnya itu.

"Udah gue bilangkan. Jangan sekali-kali ganggu gue, atau lo! guee end!" Vellen beranjak menjauh. Meninggalkan Rivaldo yang masih berada di kantin. Menggerutu kesal.

Wah! gue lupa! hari inikan adalah pertandingan basket. Pasti ada kak Reno disitu, batin Vellen.

Ia segera berlari menuju lapangan indoor. Benar saja dugaannya, kalau Reno sedang berada di lapangan.

"Kak Reno!!!" teriak Vallen. Degan wajah berbinar bahagia, sedangkan Reno yang dipanggil hanya mengangkat salah satu alisnya. Akhir-akhir ini Vellen wanita yang di cintanya, sering bertatap langsung. Apakah Vellen mencintai Reno juga, tapi menurut Reno itu sungguh mustahil.

Reno lelaki itu menjauh dari Vellen. Takut kalau-kalau wanita itu menghampiri dirinya. Dengan langkah seribu cepat, Reno pergi balik ke kelas.

Vellen mengernyit bingung. Apa Reno tidak suka, jika dirinya berdekatan dengan pria itu? apa dia tidak mencintai Vellen? entahlah.

Duduk di salah satu bangku. Seseorang menghampiri, kemudian ikut duduk disebelahnya.

"What are you doing ini here?" suara sahabat Vellen terdengar ditelinga wanita yang sedang duduk. Lalu, menggeleng.

"Nothing," bangkit berlalu. Lagi-lagi ia meninggalkan Rivaldo yang sedang menatap punggung orang yang dicintai oleh Rivaldo. Sadar bahwa ia tidak akan pernah bisa mendapatkan hati seorang Vellen.

Aku tau kamu gabakalan nerima aku, so buat apa aku pertahanin rasa cinta ini. Tapi susah sekali untuk dapat move on dari kamu Vellen, batin Rivaldo menatap sendu.

Berlari menyusul Vellen ke kelas.

(Keesokkan harinya)

Saat ini Vellen ingin menyatakan perasaannya pada Reno secara langsung. Dia tidak perduli akan resiko yang ada, dibenaknya hanyalah Reno, Reno dan Reno. Setiap malam Vellen gelisah, apa ia harus jujur. Sekarang wanita itu memantapkan hatinya untuk berkata terus terang.

"Kak, Vellen mau ngomong." ucap Vellen dengan nada gugup. Menundukkan kepalanya dengan jari-jari kuku yang ia mainkan.

"Lo kan udah ngomong, kenapa pakek izin lagi. Ngomong aja lagi," jawaban Reno tidak sesuai dengan apa yang Vellen harapkan. Ah, sudahlah lagipula Vellen tau. Reno tidak mencintainya.

"Em...a...a...n..u," Reno geram dibuatnya. Lelaki itu menarik nafas dalam.

"Cepat katakan!" bentak Reno. Membuat Vellen menahan air mata dipelupuknya.

"Gue suka sama kak Reno!" ucap Vellen sarkasme. Membalikkan badannya pergi dari hadapan Reno yang masih membeku ditempat. Reno masih mencerna setiap perkataan yang dilontarkan Vellen.

Reno juga tidak menyangka, Vellen membalas perasaannya. Tapi ini semua adalah sehelai benang yang telah rapuh, kemudian putus tanpa cela.

Rivaldo melihat Vellen yang sedang menangis. Tak kuasa melihat wanita yang dia cintai, Rival berjalan mendekat kearah Vellen.

"Why?" tanya Rival. Vellen beralih menatapnya.

"Apanya yang kenapa?" tanya balik Vellen. Bingung akan sahabatnya ini.

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang