Asa Sejuta Rasa

26 1 0
                                    

Nama pengarang : Nadiva Ade Franstito

Tema : Merajut asa bernama scrittore

Judul : Asa Sejuta Rasa

Genre : Teenfiction

Rate : G (General Audience) 

***

"Hah ... hah ... gawat aku pasti telat, dasar kucing sialan!" Seorang gadis dengan seragam putih biru dengan jas almamater berwarna merah dan rambut yang berantakan. Ia tampak tergesa-gesa mengayuh sepeda mininya. Peluh membanjiri wajah cantiknya yang tampak natural tanpa hiasan make up.

Ia mengayuh sepedanya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sepertinya ia melupakan sesuatu kalau sepedanya itu remnya ... blong. Sementara itu dari arah tikungan seorang pemuda mengendarai sepedanya santai. Sesekali ia tampak bersiul ria. Tampaknya ia tak menyadari jika ada bahaya yang mengancam.

"Kyaaa!!! Awas, minggir!"

Brak!

Jduk!

Awww!

"Sshh...." Pemuda korban kecelakaan maut itu meringis sambil memegangi pantatnya yang mendarat kasar di aspal. Sementara itu gadis yang menjadi pelaku kecelakaan itu langsung mendirikan sepedanya. "Tidak ada waktu untuk aduh-aduhan dulu atau halaman sekolah akan gundul hari ini" batinnya.

Gadis itu mengulurkan tangannya ke pemuda yang masih betah duduk di tanah itu. Hei itu juga salahmu bodoh! "Maaf, tadi aku buru-buru," ucapnya setelah si pemuda berhasil berdiri. Lalu ia langsung ngibrit pergi dengan keranjang depan sepedanya yang penyok.

Pemuda itu menemukan sebuah buku kecil tergeletak tak berdaya di aspal. Ia menduga itu pasti buku gadis itu.

"Woy!! Bukumu jatuh!" Tapi sepertinya gadis itu sudah terlalu jauh.

Sejenak pemuda itu mengernyit melihat buku bersampul kuning norak milik gadis itu. "Emang nggak ada warna lain apa?"

***

Di sebuah kamar yang didominasi warna cream. Seorang pemuda duduk bersandar di kepala ranjang king size-nya. Di tangannya kini ada buku milik gadis gila tadi pagi.

"Oh ... jadi namanya Hawa." Ia melanjutkan membuka halaman berikutnya. Tampaknya ia cukup asik membaca-baca buku ini. Ia tak menyangka gadis itu suka menulis. Sampai di halaman terakhir yang terisi. Ada sebuah puisi disana.

Air Mata

Mengungkapkan apa yang tak dapat diungkap lisan

Menjelaskan dengan setiap detail bagiannya

Tentang apa yang digadang hati

Ambigu,

Apakah suspensi, koloid atau larutan

Bening akan tetapi keruh

Oleh senyawa luka, unsur sakit atau molekul derita

Terkadang ion bahagia pun turut andil

Menyisakan endapan perih

Ialah buah dari yang melihat

Yang menjalin sungai cerita.

***

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang