Mulai Melangkah

33 3 5
                                    

Nama pengarang: Viah

Uname wattpad: vialviah

Tema: Merajut asa bersama Scrittore

Judul: Mulai Melangkah

Genre: Teenfiction

Rate: PG-13

Aku berjalan di kegelapan malam yang terasa hampa. Angin dingin menusuk kulitku, namun aku menyukainya. Berjalan menuju taman di malam hari memang bukan ide yang baik, tetapi aku ingin merasakan udara segar.

Langkah kaki manusia ternyata kecil karena untuk sampai ke tempat yang jaraknya dekat saja butuh ratusan atau bahkan ribuan langkah kaki. Ah, bodohnya aku memikirkan hal seperti itu. Aku terus melangkah hingga sampai ke taman, namun ada seorang lelaki yang berdiri membelakangiku dan kurasa ... aku mengenali orang ini.

"Aldi?" ucapku ragu sambil menepuk bahu lelaki di depanku itu.

Ia menoleh dan ternyata dugaanku benar. Lelaki itu adalah, Aldi.

"Untuk apa kamu datang ke taman di malam hari seperti ini? Udara malam itu dingin, tidak baik untuk kesehatan. Bagaimana jika kamu sakit nantinya?" omelku tanpa bisa menutupi rasa khawatirku padanya.

Aku melihatnya tersenyum usil dan aku berdecak kesal saat menyadari bahwa sebentar lagi Aldi pasti akan menggodaku. Huh, dasar lelaki! Untung saja dia ini sahabatku.

"Kamu sangat mengkhawatirkanku, ya, Nadya," ucap Aldii sambil merangkulku sedangkan aku hanya mendengus.

"Aku ke sini untuk menghirup udara segar dan aku yakin kamu sama sepertiku," ujar Aldi.

Setelah itu, tak ada lagi percakapan. Hanya keheningan yang melanda di bawah sinar bulan yang menyinari kami.

Aldi menatapku kemudian berkata, "Aku sudah mendaftarkan dirimu untuk bergabung dalam komunitas kepenulisan."

"A-apa?!" pekikku tak percaya sedangkan Aldi hanya cuek lalu memberikan selembar kertas padaku.

'Open member Scrittore' begitulah yang tertera pada kertas yang Aldi berikan padaku tadi. Aku terdiam sejenak. Tak ada masalah jika ia mendaftarkanku untuk mengikuti komunitas tersebut, namun aku adalah tipe orang yang sulit berbaur dengan orang baru.

"Aku sudah mengisi formulir atas namamu."

Aku menghela napas panjang. "Kurasa, aku tidak bisa. Kamu tahu kalau aku itu---"

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, ia sudah memotongnya. "Aku tahu kalau kamu itu tidak suka bertemu dengan orang asing maka aku juga ikut mendaftarkan diriku agar bisa bersamamu," ucap Aldi sambil mengacak-acak rambutku.

Ada perasaan hangat menyelimuti hatiku saat Aldi mengatakan hal yang membuatku tak bisa menahan senyum.

"Aku tak akan pernah membiarkanmu menghadapi semuanya sendirian karena aku ada di sini."

Ucapannya yang seolah adalah janji untuk melindungiku saja sudah seperti sebuah keajaiban untukku. Aku bahkan berharap agar tak pernah menyadari perasaanku karena aku tak ingin ada hal yang berubah nantinya. Hubungan yang mengatasnamakan persahabatan ini sudah cukup membuatku nyaman. Tak perlu ungkapan cinta atau semacamnya karena aku ingin menunjukkan perasaan lewat sebuah isyarat.

"Aku pulang, ya. Ini sudah malam," pamitku sambil berjalan meninggalkannya.

"Jangan lupa, besok aku akan menjemputmu untuk pergi ke tempat seleksi scrittore!" serunya yang sudah pasti masih bisa kudengar dengan jelas.

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang