My Life is Struggle

23 3 1
                                    

  Nama pengarang: Karin

Tema: Merajut Asa bersama ScrittoreJudul: My Life is StruggleGenre: TeenfictionRate: General Audiences

***

Namaku, Gisya Afelia. Panggil saja Gisya.

Awal mulanya, aku tak pernah sedikitpun berpikir akan menjadi seperti ini. Dulu, aku anak dari pemilik perusahaan besar di Indonesia. Aku kaya, aku punya semua. Namun, seiring berjalannya waktu, dunia seakan berputar dan membuatku jatuh pada poros bawah.

Ayahku, telah terbukti korupsi. Sekarang ini, aku dan Mama hanya tinggal pada rumah kecil disebuah perkampungan. Seluruh harta benda milik Ayah telah disita oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Hutang yang melebar ke mana-mana membuat hidupku menjadi tersiksa.

Aku dikeluarkan dari sekolah lamaku karena tidak membayar uang bulanan sekolah selama lima bulan. Maklum saja, sekarang ini Mama hanya bekerja sebagai tukang cuci dan aku hanya bisa membantunya sedikit-sedikit. Uang penghasilan itu, sama sekali tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Aku menyerah, aku lelah. Hidupku tersiksa tak seperti yang lainnya, yang masih bisa bahagia. Impianku menjadi seorang pramugari harus terhenti sampai di sini. Cita-citaku tak lagi bisa aku wujudkan. Aku kecewa, tapi aku tak bisa lakukan apa-apa.

Kamu tahu bagaimana rasanya jika kita gagal dalam menggapai angan? Rasanya, aku sudah tak ada lagi semangat untuk berjuang. Kondisi ekonomi yang tak memadai, mengharuskanku untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dalam menjalani kehidupan.

Sudah selama enam bulan ini, aku tak lagi menginjakkan kakiku di sekolah. Aku hanya berharap ada seseorang yang mau menolongku agar aku bisa sekolah lagi. Aku tahu, dulunya aku tak bisa menghargai waktu. Bukannya digunakan untuk belajar, tapi aku hanya bermalas-malasan.

Ada pepatah mengatakan, bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang kemudian. Namun, kenyataannya hidupku tak seperti itu. Seperti roda yang berputar, hidupku merasakan senang dulu baru merasakan sakit seperti sekarang ini. Inilah yang membuatku tidak paham, kenapa Tuhan tak bisa adil padaku? Tuhan membuatku pada posisi atas lalu tiba-tiba menjatuhkan pada posisi paling menyakitkan.

Pagi ini, aku pergi mengantarkan kue buatanku di warung-warung kecil di sekitar kampungku. Kue buatanku selalu laku. Itulah mengapa, menjadi pembuat kue adalah pekerjaan yang saat ini aku lakukan. Langkahku kembali terhenti, mataku menjelajah melihat ke dalam sekolah, yang tak jauh dari rumahku.

SMA PENERBANGAN SCRITTORE JAKARTA.

Air mataku mengalir begitu saja, saat melihat nama penerbangan ada di sana. Itulah impianku, menjadi bagian terpenting dalam sebuah transportasi penerbangan adalah tujuan. Ingin rasanya, aku bersekolah di sana, meskipun tak sebagus sekolah lamaku namun Scrittore termasuk favorit di lingkup kampungku.

Aku terduduk lemas di samping pagar sekolah. Kurang satu bulan lagi, akan ada kenaikan kelas. Tetapi, tetap sama saja aku tak bisa menjadi bagian dari murid sekolah ini. Satpam yang biasa bertugas itu berjalan mendekat ke arahku.

"Loh, mbak Gisya kenapa?" tanya Pak Ari, sambil membukakan gerbang.

Aku menggeleng. "Gapapa pak."

"Ndak usah bohong. Bapak tahu, kamu pengen sekolah di sini kan?" Aku hanya menunduk. Pak Ari pun jongkong di depanku.

"Kamu bisa, akhir bulan ini akan ada tes untuk beasiswa. Bapak harap, kamu bisa ikut–kamu kan juga pernah sekolah penerbangan kan?" tanya Pak Ari. Aku langsung mendongak, bibirku terangkat membentuk senyuman.

"Beneran pak? Serius? Gisya mau ikut." Aku tersenyum lebar. Akhirnya kesempatan pun datang.

"Iya, kalau kamu serius ingin sekolah di sini, kamu harus buktikan bisa. Siap?" Pak Ari menatapku serius. Aku pun mengangguk mantap.

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang