Perjalanan Singkat

17 3 2
                                    

  Nama Pengarang : Vira (Violessaki0ra)

Tema : Merajut Asa bersama ScrittoreJudul : Perjalanan SingkatGenre : Teenfiction.

Rate : G

Perjalanan Singkat

Pemakaman itu terlihat sepi. Tak ada pengunjung pada jam sibuk seperti ini. Aku melangkah pelan menuju satu nisan. Belum sampai disana, air mata kesedihan telah membanjiri pelupuk mataku. Di batu nisan itu, tertulis nama orang yang telah menjadi motivatorku dalam hidup ini. Orang yang sangat luar biasa yang pernah kukenal seumur hidupku.

"Ritto..."

Kuusap perlahan batu marmer dingin itu dan seketika berjuta kenangan manis dan pahit tentang masa laluku saling berkelabat cepat memenuhi otakku. Aku dipaksa mengingat kembali masa kelamku. Di gedung UGM, disanalah aku, 3 tahun yang lalu...

***

"Siska..Pak Kusumo panggil lo disuruh menghadap ke ruangannya sekarang!" kata salah seorang temanku.

Mendengar hal itu, yang ada di pikirannku pertama adalah Ritto. Ritto adalah sahabat karibku sejak SMP. Ia orang pertama yang mengajakku berteman saat aku pindah ke Yogyakarta. Kekurangan Ekonomi tak menghalanginya untuk terus berprestasi. Sejak kecil aku dan Ritto mempunyai impian untuk membuat semacam yayasan, walaupun kita pun bingung harus mendapat uang darimana. Cowok beparas tampan, bertubuh tinggi dan mempunyai rambut yang tebal serta hitam itu sangat melindungiku, ia bagaikan kakak kandungku.

Aku langsung berlari menuju perpustakaan, tempat favoritnya di sekolah ini. Pria berambut hitam lebat itu tengah duduk sambil membaca beberapa buku yang telah rapi menunggunya di meja. Tanpa basa-basi aku langsung menarik tangannya dan mengajaknya untuk ke ruang Pak Kusumo, guru Bahasa Indonesia dan Sastra. Namun saat sampai, Pak Kusumo malah menyuruhku untuk kembali ke kelas, sedangkan Ritto dibiarkan masuk. Entah apa yang akan terjadi, tapi aku berharap semuanya baik-baik saja.

***

Desiran embun pagi mulai menyongsong memasuki kamarku. Fajar pun dengan malu-malunya menunjukkan dirinya, memperlihatkan cahaya indahnya itu. Sebersit sinar terang menyusup dibalik selimut tebal yang menutupi mata hingga ujung kakiku. Silaunya cahaya membuatku tak dapat melanjutkan dunia mimpi yang masih ingin ku lihat. Belum lama setelah aku membuka mata, seorang wanita paruh baya memanggilku dari balik pintu.

"Ya, masuklah!" kataku "apa yang ada ditanganmu ?" tanyaku setelah bi Wati masuk.

"Tadi bibi nemuin ini di depan pintu rumah, non!" jawab bi Wati sambil memberikan sepucuk surat itu kepadaku.

"Oh ya... Mami dan Papi mana ?" tanyaku lagi.

"Mereka sudah pergi sejam yang lalu, kataya ada urusan yang *emergency !" seru bi Wati.

Mendengar hal normal seperti itu aku hanya bisa tersenyum. Bahkan dihari libur seperti ini mereka masih terus bekerja ?, batinku. Lalu, aku menyuruh bi Wati untuk keluar dan melanjutkan pekerjaannya.(*emergency = gawat, atau darurat)

"Dari siapa ini ?" batinku. Seumur hidupku baru kali ini aku mendapati sepucuk surat. Seperti zaman dahulu saja. Tanpa rasa ragu ku buka surat itu.

Dear Siska,

Maaf aku tidak bersamamu seharian kemarin. Siska, aku sudah tau tentang nilai sastramu! Jadi tolong biarkan aku membantumu. Oh ya, kali ini kau diberikan tugas untuk meneliti suatu suku. Tenang saja, kali ini aku akan membantumu! Pukul 14.00 di Bandara ku tunggu kau disana . Ini yang wajib kau bawa :

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang