Piano Kenangan

26 4 0
                                    

Nama Pengarang: Siti Noorhidayah (Noorhidayah)
Tema: Merajut Asa bersama Scrittore
Judul: Piano Kenangan
Genre: General Fiction
Rate: PG-13

***

Gadis kecil itu berlarian di sebuah taman kecil yang indah. Dengan dress selutut berawarna peach yang begitu manis dan indah membuatnya tampil begitu cantik. Ia berhenti berlari ketika ia sudah menemukan bunga yang menurutnya sangat cantik untuk diberikan pada seseorang. Ia memetiknya lalu menciumnya. Benar-benar wangi. Lalu gadis itu kemudian berbalik dan lagi-lagi ia berlari sambil bersenandung lagu kesukaannya. Rambutnya yang panjang berkibar-kibar mengikuti arah angin.

Ia berhenti berlari ketika ia sudah berada di hadapan seseorang yang ingin ia berikan bunganya. Orang itu yang juga seorang gadis kecil sepertinya sedang duduk di kursi yang sudah disediakan di taman ini. Ia tersenyum cerah.

Gadis itu kemudian duduk di sebelahnya dan langsung memberikan bunga yang ia petik tadi.

Gadis lainnya menerima dengan senyuman dan ia berucap dengan gerakan tangannya, "Terima kasih,"

Gadis berbaju peach mengangguk. "Melody."

🎹

"Melody?"

Merasa namanya diserukan Melody pun berbalik. Ia meletakan bunga yang sudah dirangkai indah di atas meja lalu menghampiri orang yang memangggilnya tadi.

"Ibu mau ke pasar, kamu jaga toko sebentar, ya?" pinta Liana, pemilik toko bunga Beauty Florist, tempat Melody bekerja.

Melody mengangguk dan menjawab dengan bahasa isyaratnya. "Iya."

Liana tersenyum seraya mengambil tas tangannya dan ia mengusap rambut Melody dengan sayang. Melody anak yang baik juga cantik dan Liana yang memang tidak bisa memiliki anak itu sudah menganggap Melody seperti anaknya sendiri. "Ibu tinggal dulu,"

Melody mengangguk seraya mengikuti Liana sampai ke luar toko. Ia berdiri di tengah pintu dan melambaikan tangannya pada Liana.

Setelah Liana masuk ke dalam taxi barulah Melody masuk kembali ke dalam toko. Ia akan melanjutkan merangkai bunga yang sempat tertunda tadi. Namun, baru selangkah ia berjalan tiba-tiba ada seorang pengunjung masuk ke dalam toko.

Melody menghela napas ringan. Ia harus melayani orang lagi dan itu adalah hal berat bagi Melody. Bagi seseorang yang tidak bisa bicara sepertinya.

"Mbak, saya mau bunga mawar putih, ada?" tanya laki-laki itu.

Melody mengangguk dalam gugupnya lalu berjalan ke tempat yang memang sudah disusun berbagai macam mawar. Matanya mencari-cari tapi tidak ada satupun bunga mawar putih yang tertangkap oleh penglihatannya. Bunga itu Melody yakin telah habis.

Melody menghampiri laki-laki tadi lalu menggelengkan kepalanya dengan wajah yang tidak enak karena tidak mendapatkan bunga yang laki-laki itu minta.

Sesaat laki-laki tadi bingung apa yang dimaksud oleh Melody namun setelah otaknya mencerna baru ia mengerti kalau bunganya tidak ada. "Kalo gitu bunga apa aja deh, yang penting bagus,"

Melody terdiam sesaat lalu ia mengangguk. Dengan gerakan tangannya ia menyuruh laki-laki tadi menunggu. Melody kemudian berbalik tapi tiba-tiba ia tersentak kaget oleh suara handphone yang berbunyi sangat nyaring.

"Halo?" Sapa laki-laki itu malas.

"Woy, Rio! Lu di mana, njir?"

Laki-laki yang bernama Rio tadi mengusap telinganya. Padahal handphonenya tidak ia dekatkan ke telinga tapi suara dari temannya itu masih bisa terdengar nyaring. Bayangkan jika tadi ia mendekatkan ke telinga, bisa-bisa telinganya langsung keluar darah. "Tunggu bentar. Gue lagi beli ... beli makanan, nih,"

Hostoire CourteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang