Your Happines 05

611 57 20
                                    

"sudah cukup..!!" suara bass ardi menggelengga diruangan tersebut bersamaaan dengan tamparannya untuk putra.

"sudah hentikan omong kosong kamu itu.." lanjut ardi lagi. Ia sudah siap ingin menghajar putra namun dengan cepat chika menahan tangan sang ayah.

"jangan pah.." pekik chika menahan tubuh ardi.

"apa? Kamu masih mau membela dia hah?" dada ardi terlihat turun naik menahan amarahnya. Dan chika tau ini tak baik untuk kesehatan ayahnya itu.

"pah tenang." chika berusaha menenangkan ardi dengan mengusap punggung ayahnya itu.

"bagaimana papah bisa tenang? Dia sudah menghina kamu chika.."

"tapi bukankah itu kenyataan pah." sahut lista yang langsung memegang tangan putra.

"diam kamu.." tunjuk ardi tepat diwajah lista.

"jangan panggil saya papah. Karna saya bukan papah mu." lanjut ardi tak kalah kerasnya.

"lihat chika. Papah sudah memperingatkan kamu sebelumnya, dan inilah yang kamu dapat sekarang nak. Sebuah penghinaan." lirih ardi menyentuuh kedua pipi chika yang Hanya menundukkan wajahnya.

"papah sudah katakan jangan melakukan hal bodoh itu. Tapi apa? Kamu bilang semua ini demi kebahagiaan suami brengsek kamu ini."

"bahkan dia tidak pernah merasa bersalah telah melakukan semua ini pada kamu." lanjut ardi kembali menatap tajam pada putra.

"sudah cukup. Kamu tidak layak untuk semua ini. Bahkan dia sudah mengusir kamu kan ? Jadi apakah kamu akan tetap disini bersama pria brengsek ini?"

Chika terdiam, dan matanya mulai menaik dan menatap wajah putra yang tak menunjukkan ekspresi apapun.

"put, kamu lihat kan? Aku juga tidak terima dengan penghinaan ini. Kak chika lah yg meminta aku melakukan ini dan sekarang? Sudah. Aku akan pergi dengan putri ku." ucap lista yang langsung mengangkat raya dari box nya.
Sebelum lista pergi, putra sudah lebih dulu menarik tangannya.

"jika ada yang harus pergi. Itu bukan kamu atau anak kita." cegah putra masih mencekal tangan lista.
Chika dan yang lainnya hanya menantikan kelanjutan ucapan putra yg sebenarnya sudah bisa di tebak.

"lebih baik kamu pergi chika."

Bugh..

Tubuh putra terpental ke belakang tatkala sebuah bogeman mampir diwajahnya.

"rafa." lerai chika menahan rafa yang hendak memukul putra lagi.

"lepas chik. Akan ku habisi pria brengsek ini.!" bentak rafa menyenttakan tangan chika dengan kasar. Kembali rafa hendak memukul putra namun dengan segera chika berteriak menghentikannya.

"jika kamu melukai putra. Aku akan membencimu seumur hidupku."

Tangan rafa akhirnya terhempas turun.
Dan ia kembali menatap wajah chika yang berusaha menyembunyikan sakit Hatinya.

"Putra sudah memutuskan. Dan keputusannya adalah yg terbaik." jawab chika dengan lemah.

"ayo pah kita pergi." ajak chika merangkul tubuh ardi.

Sebelum mereka benar-benar meninggalkan rumah putra ardi kembali berbalik dan menatap tajam pada putra dan lista.

"saya akan mengirim surat cerai kalian. Saya tidak sudi anak saya harus menyandang nama syahputra lagi." ucap ardi dengan nada bencinya.

Putra tak menjawab ataupun membatah. Namun perasaannya sangat hancur ketika mendengar kata cerai.

"ayo om,chika." rafa merangkul tubuh chika dan membawanya keluar dari rumah itu.

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang