Your Happines 12

393 48 4
                                    

chika segera berdiri chika tempat duduknya. Ia berjalan menghampiri kania yang sudah berdiri di ambang pintu.

"ada apa ?" tanya chika dengan sinisnya. Chika merasa tak suka ketika kania seakan melarang dirinya untuk mendonorkan ginjalnya. 

"apa kamu takut putra akan kembali pada aku ?" lanjut chika sambil tersenyum miring pada kania. 

Kania terlihat masih tenang, bahkan kania tersenyum tulus pada chika.

"mbak chika tenang saja, karena nama mbak itu tidak akan pernah terhapus di dalam hati mas putra." jelas kania dengan tenangnya. Chika terdiam, ia masih setia menunggu kelanjutan dari ucapan kania. 

"dari awal mas putra sudah menjelaskan tentang posisi mbak chika dalam hati mas putra. Dan karena itu juga mas putra tidak ingin menerima donor ginjal dari orang yang sangat berarti untuk dirinya. Dia tidak ingin merusak organ tubuh mbak chika yang sempurna." kania memberi jeda sejenak. Ia memang sudah dimintai tolong oleh putra untuk mengecek siapa saja yang akan mendonor kan ginjalnya untuknya.

Bukannya pria itu terlalu percaya diri, tapi ia cukup kenal bagaimana sifat chika. Dan semua itu terbukti ketika dokter yang menangani putra memberi info bahwa chika ingin mendonorkan ginjalnya. 

Tentu saja putra menolak itu, ia tidak ingin chika kembali berkorban untuk dirinya. Sudah cukup wanita itu berkorban 3 tahun lalu, dan putra tak ingin lagi membuat chika berkorban untuk kesekian kalinya. 

"mbak tenang saja, kami akan segera menemukan donor ginjal itu. Tapi bukan dari mbak chika." lanjut kania sebari mengelus lengan chika.

"dan mbak, mas putra berpesan." kania menarik nafas dalam-dalam. Ada nada keraguan dari diri kania untuk menyampaikan pesan yang dititipkan putra untuk chika.

"mbak chika harus melanjutkan hidup mbak. Mbak tidak perlu memikirkan mas putra ka-"

"katakan pada putra, aku berniat mendonorkan ginjal ku karena rasa prikemanusiaan. Hanya itu dan tak ada yang lain, Aku tidak akan tega melihat Kiraya harus kehilangan ayahnya dan menjadi yatim piatu. Kamu tau kan aku ini pemilik yayasan kemanusiaan. Dan mungkin jika itu bukan putra aku akan tetap mendonorkan ginjal ku." jelas chika tegas. 

"tapi kalau dia memang tidak ingin menerima ginjalku maka baiklah. Aku juga tidak akan memaksa." lanjut chika yang terlihat mulai merasa emosi. 

"saya permisi dulu dok." pamit chika sejenak memutar kepalanya dan berpamitan pada dokter yang menangani putra. 

Tanpa mengatakan apapun pada kania chika melangkah pergi begitu saja meninggalkan ruangan serba putih itu.

***

Setiba nya di dalam mobil chika menutup pintu mobil nya dengan sangat kencang. Ia memukul stirnya dengan penuh kemarahan sambil berteriak berusaha mengeluarkan emosinya. 

"sial, sial, sial.!"

"kenapa harus bicara seperti itu chika?!" protes chika pada dirinya sendiri. 

"apa yang akan dipikirkan putra tentang kamu hah?!"

Dengan lemah chika menjatuhkan kepalanya pada pegangan setir. Sejenak chika kembali menumpahkan air matanya, ia merasa tak berdaya,Ia merasa tak berguna. Padahal seharusnya ia bisa menolong putra dan menyelamatkan pria itu, namun justeru putra tidak ingin menerima ginjalnya. 

Masih dengan kemarahan yang meluap chika melajukan mobilnya meninggalkan parkiran rumah sakit.

***

Sedang diruangannya putra telah selesai menjalankan proses cuci darahnya. 

Pria itu menatap kania yang masih setia menemani nya, dan bahkan kania juga sudah menceritakan semua kejadian yang terjadi diruang dokter pribadinya tadi.

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang