Your Happines 24

440 70 35
                                    

Putra sangat terkejut saat melihat sosok pria yang saat ini tengah duduk gelisah di ruang tamu keluarga kania. 
Ia melangkah cepat untuk menghampiri ardi yang saat itu juga sudah menatapnya. 

"apa saya mengganggu waktu kamu?" tanya ardi pelan. Putra masih terlihat sangat terkejut hingga ia sama sekali tidak tau harus bersikap bagaimana dihadapan ardi. 

"ti-tidak pak." jawab putra gugup. Ini adalah pertemua pertama mereka setelah satu tahun berlalu. Dan satu tahun itu adalah masa dimana hubungan putra dan ardi yang masih renggang, bahkan bisa dikatakan keduanya tidak pernah bertemu lagi sejak pernikahan chika dan raffa.

"apa semua baik-baik saja pak ardi?" tanya putra memecahkan keheningan. Ia sedikit takut ada hal yang buruk yang ingin di sampaikan oleh ardi jika melihat wajah tegang ardi. 

"tidak ada yang baik put." jawab ardi masih menundukkan kepalanya. 

Benar saja, putra segera menegakkan tubuhnya dan menatap ardi penuh rasa penasarannya. 

"apa terjadi sesuatu pada chika?" tanya putra cepat. Entah mengapa nama chika seketika terbesit di pikiran putra. Namun ia juga berharap bahwa apa yang di pikirkannya tidak benar. Ia tidak mau terjadi sesuatu apapun pada chika,wanita yang sangat ia cintai. 

Ardi terlihat menghembuskan nafas beratnya. Akhirnya pria paruh baya itu mau menatap wajah putra yang jelas sangat khawatir. 

"banyak hal yang terjadi pada chika, Dan semua itu karena saya." ucap ardi kembali menyalahkan diri nya sendiri.
Putra terlihat mencoba menenangkan dirinya, dan berusaha mencerna maksud dari ardi. 

"mohon maaf sebelumnya, Tapi saya masih tidak mengerti maksud bapak." masih menggunakan bahasa formalnya kembali putra mengeluarkan pertanyaannya kepada ardi. 

Kembali terdengar ardi menghelas nafas nya, dan setelah itu ia terdiam sejenak. Ardi mencoba mengumpulkan kata-kata untuk menceritakan semua kondisi yang dialami chika selama enam bulan belakangan ini. 

Akhirnya perlahan-lahan muncullah semua cerita itu dari bibir ardi, bahkan di tengah ceritanya ardi sempat menitikan air matanya. Air mata yang menjadi bukti bagaimana rasa bersalah yang saat ini menghantui nya. 

Putra sangat terkejut, bahkan ia tidak pernah membayangkan bahwa kondisi chika akan jadi seperti ini.

"saya sangat memohon bantuan kamu putra."

Putra segera berdiri dari tempat duduknya saat ardi-entah saja kapan sudah berada di bawah kakinya. 

"pak ardi." pekik putra yang langsung memundurkan dirinya. 

Ia segera meraih tubuh ardi dan menegakkan tubuh rapuh pria paruh baya tersebut. Ditatapnya wajah ardi yang sudah basah dengan air matanya. Putra kembali teringat bagaimana satu tahun lalu ardi menatapnya dengan tajam dan penuh kebencian, tapi yang saat ini ia lihat adalah bagaimana sosok seorang ayah yang rela merendahkan dirinya untuk kebahagiaan sang putri.

"saya mohon put, Saat ini hanya kamu yang bisa menolong chika." pinta ardi untuk kesekian kalinya. Bahkan ardi sudah menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda permohonannya.

Putra sejenak terdiam, ia kembali memikirkan semua cerita dan permintaan ardi. Ia sebenarnya ingin membantu chika bahkan sangat ingin, namun seketika bayangan wajah raffa melintas begitu saja. 

"tapi pak ardi, bagaimana dengan raffa? Saya tidak mau lagi ada yang tersakiti disini." tanya putra pada ardi. Pria paruh baya itu terdiam sejenak dan kembali berusaha meyakinkan putra. 

"kamu tenang saja, saya yakin raffa juga ingin chika sembuh. Dan apapun itu pasti akan dilakukan raffa." jelas ardi dengan nada santainya.
Putra tidak begitu yakin dengan raffa, apalagi saat ia mengingat bagaimana tatapan raffa padanya saat mereka bertemu di lorong rumah sakit. 

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang