Your Happines 08

502 52 8
                                    

Chika langsung memarahi suster yang merawat raka karena ceroboh dan membiarkan raya terjatuh hingga berdarah.

Ia memang melihat ketika raya terjatuh dan putra yang terlihat kesakitan saat ingin berdiri untuk menolong raya.

Rasanya ingin chika turun dan menolong raya serta putra, namun sayang ia tak bisa melakukan itu karena ia tidak ingin membuat perasaannya kembali bimbang jika bertemu dengan putra.

Ia membiarkan saja raya yang saat itu sudah berada di dalam gendongan seorang wanita yang cukup di kenali oleh chika.

Ya, wanita itu adalah salah satu rekan kerja chika di yayasan yang ia bangun.
Ia sedikit lega karna rupanya kania, nama wanita itu yang membantu putra untuk mengurus raya.

"maaf bu, saya tadi lagi nemenin den raka." jelas sang suster sambil tertunduk lesu.

"harusnya kamu jagain mereka berdua. Kamu lihat tadi raya sampai berdarah, dan saya gak mau hal itu terjadi lagi. Mengerti?" tekan chika dengan tegasnya.

Suster itu hanya menganggukkan kepalanya karena memang ia telah lalai dengan tugas yang diberikan oleh chika untuk mejaga raya dan raka.

"ya sudah kamu boleh pergi." ucap chika akhirnya sedikit tenang.

Setelah sang suster pergi, chika risau karena memikirkan kondisi putra yang tadi sepertinya sangat kesakitan dan ditambah lagi raya yang juga terluka.

"ahh, kenapa tadi aku gak tolongin mereka sih." sesal chika menyisiri Rambutnya dengan kedua tangan.

Ia pun teringat dengan kania, wanita yang tadi membantu raya. Ia pun bergegas meraih ponselnya dan mencari kontak kania.

Dengan cepat chika menelpon kania, dan di dering ke 4 barulah telepon nya pun mendapat jawaban.

"hallo mbak chika." sapa kania di sebrang sana.

Chika sedikit ragu, apakah ia harus menanyakan kondisi raya secara langsung atau berbasa-basi terlebih dahulu pada gadis itu.

"euh nia, kamu dimana ya? Apa di yayasan?" tanya chika dengan ragu-ragu.

"maaf mbak, aku sedang tidak di yayasan. Tadi setelah mengecek kondisi tiara aku langsung pulang. Ada apa ya mbak?" tanya kania balik.

"ooh gak apa-apa, mbak cuma mau tanya kondisi tiara. Bagaimana anak itu?" tanya chika dengan mengigit bibirnya dengan keras. Ia merutuki dirinya sendiri karena ia tak bisa to the point untuk menanyakan kondisi raya.

"tiara sudah baik kok mbak, hanya demam biasa."

Chika memukul kepalanya dengan pelan karena merasa kesal sendiri.

"baiklah kalau begitu, makasih banyak ya nia. Sampe ketemu besok. " setelah mendapat jawaban dari kania, chika mematikan sambungan teleponnnya dengan kania.

Dengan kasar chika melemparkan Ponselnya diatas kasur, sedang dirinya terus saja mondar mandir seorang diri.

"apa aku kerumah mas putra ya?" gumam chika seorang diri.

Ia sudah hendak meraih tas tangannya, namun kembali diurungkannya.

"gak, kamu gak boleh gini chika. Jika kamu menemui mas putra sama saja kamu memberi harapan pada pria itu,jadi lebih baik jangan.!" tolak chika lagi dengan membanting tasnya ke sembarang tempat.

Iapun menjatuhkan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan matanya, chika memutuskan untuk beristirahat karena memang tubuhnya sangat lelah.

Sedang di rumahnya, putra tengan duduk di ruang keluarganya seorang diri dengan di temani suara Tv yang dibiarkan menyala.

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang