Your Happines 20

400 58 13
                                    

Putra menaruh plastik berisikan makanan dan minuman yang sempat ia beli di supermarket di atas nakas kecil yang berada di sisi ranjang kania.

Saat ini hanya ada mereka berdua diruangan itu karena mami kania telah pulang bersama dengan si kecil raya.

Kania memperhatikan setiap gerakan putra, dan kania dapat dengan jelas melihat wajah murung dari pria bergingsul itu.

"there are problem mas?" tanya kania hati-hati. Ia semakin memperdalam tatapannya pada putra yang sudah duduk di kursi samping ranjangnya.

Putra mendongkkakan kepalanya serta menggeleng lemah. Namun bukan kania namanya jika ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari putra.

"bohong.!" tuding kania. Kania bisa melihat putra kembali menundukkan kepalanya.

"kamu lupa aku ini siapa mas?" tanya kania lagi. Ia menaikkan wajah putra menggunakan jari telunjuknya agar ia bisa melihat lebih leluasa wajah lesu putra.

Kembali kania menatap mata putra dengan dalam, seakan berusaha mencari tau apa yang membuat putra murung.

"dia disini." bisik putra lemah.

Kania yang mendengar cukup jelas ucapan putra seketika mengerti maksud nya.
Ia pun menepuk bahu putra beberapa kali sebelum mengeluarkan ucapan dari mulutnya.

"satu tahun berlalu. Tapi tidak ada yang berubah ya mas?" tanya kania lagi dengan senyuman tipisnya.

Putra segera meraih tangan kania dan diremasnya dengan sangat kencang.

"aku pun tidak tau nia. Tapi jujur perasaanku masih lah sama pada chika. Tak ada yang berubah." ungkap putra jujur.

Ia kembali membayangkan wajah pucat chika yang baru beberapa jam lalu ia lihat. Jujur, putra sangat terkejut dan juga penasaran dengan sakit apa yang mungkin tengah di derita oleh chika saat ini.

Kania menggelengkan kepalanya dengan lemah. Ia menangkup kedua pipi putra dengan tangannya yang hangat.

"mas, ingat. Dia sudah bersuami." ucapan kania seakan menohok hati putra.

Ia juga merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri karena harus memendam perasaan pada chika yang saat ini sudah menjadi isteri orang lain.

"maafkan aku." lirih putra lagi.
Pria tampan itu memilih menundukkan kepalanya dan tak berani menatap mata kania sama sekali.

"jangan meminta maaf sama aku mas. Aku hanya tidak ingin kamu terus menerus menyakiti diri sendiri. Satu tahun berlalu aku pikir perasaan kamu terhadap mbak chika juga akan hilang. Tapi rupanya-" kania tersenyum miris melihat kisah cinta dari putra dan chika.

Putra tak bisa mengatakan apapun lagi. Ia hanya terdiam lesu tanpa berniat membahas persoalan chika semakin jauh lagi.

"hah.!" putra menghembuskan nafas kasarnya. Kania mengelus punggung putra dengan tangan kananya, berharap cara itu bisa sediki membantu membuat hati nya tenang.

"terimakasih nia." setelah terdiam beberapa menit barulah putra kembali membuka suaranya.

Kali ini pria bergingsul itu berdiri dari tempat duduknya dan menarik kania ke dalam dekapannya.

"terimakasih karena kamu selalu ada untuk aku. Aku tidak bisa membayangkan apa jadinya diriku jika tidak ada kamu." ujar putra mencium puncak kepala kania dengan penuh kasih sayang.

Putra sangat bersyukur karena dalam masa-masa sulitnya Tuhan masih mengirimkan seorang malaikat dalam bentuk kania. Sosok wanita tangguh berhati tulus yang selalu mendukungnya.

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang