Your Happines 26

481 67 19
                                    

Sudah seminggu ini pertemuan chika dan putra semakin intens. Dan tentu juga semua itu tak lepas dari usaha ardi dan tari yang terus berusaha mempertemukan keduanya.

Seperti siang ini, tari yang sudah berdandan cantik segera mengetuk pintu kamar putrinya itu untuk mengajak chika makan siang diluar.

"chika." panggil tari memunculkan kepalanya dari celah pintu.

Ia mengelilingkan pandangannya ke arah kamar chika. Namun ia sama sekali tak menemukan keberadaan putri kesayangannya itu.

Tari perlahan-lahan memasuki kamar putrinya itu, dan dilihatnya sosok chika yang tengah berada di balkon kamarnya.

Rupanya chika tengah berbicara dengan seseorang yang berada di sebrang telepon sana.

Bukan maksud menguping pembicaraan chika, namun tari seketika penasaran saat mendengar nama putra di sebut-sebut oleh chika.

"mas putra, semua ini tidak benar mas." keluh chika dengan nada sendunya. Tari semakin mempertajam pendengarannya agar lebih jelas mengetahui perbincangan chika dan juga putra.

"enggak mas. Aku gak bisa seperti ini terus, aku akui aku memang nyaman saat di dekat kamu. Tapi-" chika menghentikan ucapannya saat mendengar pria di sebrang sana memotong perkataannya.

"baiklah, sampai ketemu nanti." balas chika akhirnya mengalah.

Setelah menekan tombol berwarna merah yang ada di ponselnya, chika segera membalikan tubuhnya dan mendapati tari yang masih berdiri di hadapannya.

"mamah." panggil chika sedikit terkejut.

"ada apa sayang?" tanya tari langsung. Ia tau pasti ada hal yang tidak beres dengan kondisi chika saat ini.

Putra menghembuskan nafas kasarnya, chika sepertinya harus mengutarakan ini pada tari sekarang sebelum terlambat.

"mah, chika tau mamah yang selama ini mengatur pertemuan chika dan mas putra kan?" sebenarnya ucapan chika bukanlah sebuah pertanyaan. karena jelas sekali itu adalah sebuah pernyataan yang telak.

"dan chika mohon hentikan semua itu mah.!" tegas chika dengan nada sedikit meninggi.

Tari terdiam sejenak, tak ada niatan untuk membela diri karena memang apa yang dikatakan chika adalah sebuah kebenaran.

"chika tidak bisa seperti ini mah, mamah harus ingat chika sudah memiliki suami." ujar chika penuh penekanan di setiap katanya.

"chika akan semakin merasa bersalah kepada raffa jika chika terus bertemu dengan mas putra. Jadi hari ini chika akan hentikan semua ini mah." tegas chika masih menatap sendu pada sang ibu.

Tanpa menunggu reaksi dari sang ibu, chika bergegas pergi meninggalkan tari.
Chika harus segera mengakhiri ini semua, walau memang chika merasa sangat nyaman dan tenang di setiap bersama putra. Namun ini tidak lah benar, karena dirinya adalah seorang isteri. Isteri dari raffa.

***

Setibanya di sebuah restaurant yang memang sudah ditentukan oleh keduanya, chika bergegas melangkah menghampiri meja dimana putra sudah menunggunya.

Chika dapat melihat tatapan sendu dari putra yang diarahkan kepadanya. Dan entah mengapa chika merasa tak terima mata itu terlihat redup saat ini. Ia merasa sedih melihat tatapan memelas yang dilemparkan putra untuknya.
Tapi chika harus tetap menjaga kewarasannya, ia harus ingat dengan tujuan awalnya bertemu dengan putra.

"bisa kita bicara di taman belakang?" tanya chika yang masih memilih berdiri.
Putra menganggukkan kepalanya, dan dalam diamnya putra hanya mengikuti langkah chika yang mulai membimbingnya menuju taman belakang yang ada di restaurant tersebut.

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang