Your Happines 28

463 62 10
                                    

"jadi chika?" tanya ardi yang seketika membuat chika mendongkakkan kepalanya untuk menatap ardi sang ayah.

"pah, semua ini terlalu cepat untuk chika." ucap chika dengan nada seraknya.
Ardi menganggukkan kepalanya dan mencoba mengerti bagaimana kondisi chika saat ini.

"putra pulanglah, chika akan memberikan jawabannya setelah ia tenang." tatapan ardi kini beralih pada putra yang masih terdiam di tempatnya.

"baiklah. Mungkin saya juga akan sekalian pamit, karena lusa saya akan kembali ke jakarta." ucap putra berusaha bersikap tenang.

"lalu bagaimana dengan chika putra?" tanya tari yang akhirnya membuka suara.

"bukankah chika sudah memberikan jawabannya mah?" tanya putra balik pada tari.

Chika seketika menatap putra dengan mata sendunya. "aku menghargai semua keputusan kamu chika." lanjut nya lagi. Putra mulai mengikis jarak antara dirinya dan chika. Ia mengelus rambut chika dengan lembut serta tersenyum getir.

"aku tidak bisa menemani kamu lebih lama disini. Kamu jaga kesehatan ya, dan tetap bahagia." pesan putra dengan suara pelannya.

Chika tak bersuara sama sekali, ia tidak menyangka bahwa putra masih mengingat jawaban chika sebelum ardi memberika surat cerai dirinya dengan raffa. Chika tau saat ini putra pasti masih sangat kecewa dengan jawabannya beberapa menit lalu.

"kalo gitu aku pulang dulu." pamit putra. Chika masih tetap bertahan dalam kediamannya, walau pun ia bisa melihat bagaimana sosok putra mulai menghilang dari kediamannya.

Ardi dan tari saling pandang, keduanya kembali harus memutar otak untuk menyatukan kedua orang yang saling mencintai itu.

"huh..!" ardi terdengar menghelas nafas beratnya sebelum ia berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri tempat duduk chika dan tari.

"sayang, kamu harus kejar kebahagiaan kamu sendiri nak. Jangan selalu memikirkan orang lain, pikirkan juga diri kamu dan perasaan kamu. Ini adalah kesempatan terakhir kamu chika, papah mengharapkan jawaban yang pasti selama tiga hari kedepan. Dan papah akan dukung keputusan kamu itu apapun juga. Tapi tentunya kamu tidak akan tersakiti lagi dengan keputusan kamu itu. Mengerti?" tanya ardi dengan penekanan di akhir katanya.

Chika masih tak mau menjawab, ia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.

Ardi mulai meninggalkan ruang keluarga dan masuk kedalam kamarnya, ia sengaja membiarkan tari yang bekerja sekarang.

Setelah ardi pergi, kembali tari mengelus rambut chika dengan lembutnya.

"apa benar kamu tidak mau kembali pada putra sayang?" tanya tari lembut. Chika mengangkat wajahnya hingga ia bisa melihat senyuman tulus dari wanita yang amat ia sayangi itu.

"maksud mamah?" tanya chika bingung. Kembali tangan tari mengelus rambut chika dan menyelipkan rambut putrinya itu kebelekang telinga chika.

"kamu harus jujur sama mamah. Apa benar kamu tidak mau kembali bersama putra?" tanya tari sekali lagi.

Chika kembali menundukkan kepalanya. Sungguh saat ini hati dan pikirannya tengah berperang hebat.

Pikirannya memang menolak dirinya untuk kembali pada putra, namun tidak hatinya. Karena sungguh di dalam hatinya chika sangat ingin hidup bersama dengan pria yang sangat ia cintai dan pria itu tak lain hanyalah putra seorang.

"jawablah dengan hati kamu sayang." saran tari seolah tau pergelutan jiwa chika.

Chika menatap wajah tari dengan tatapan sedihnya, bahkan sesaat chika terlihat memainkan jari-jarinya.

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang