Your Happiness 18

422 55 17
                                    

Ardi sampai dirumahnya masih dengan kemarahan yang sama. Ia sungguh merasa telah dipermalukan oleh nur dengan semua ucapan wanita itu.

Tari yang melihat kedatangan dan keanehan sikap sang suami dengan segera menghampiri ardi. 

"ada apa pah?" Tanya tari mengkerutkan dahinya. 

Ardi tak langsung menjawab, ia memilih mendudukkan dirinya terlebih dahulu di atas sofa empuk rumahnya.

"kamu tau mah hari ini aku dipermalukan oleh nur.!" jawab ardi dengan nafas yang tak beraturan.

Tari terlihat terkejut sekaligus bingung. Ia pun ikut menjatuhkan tubuhnya tepat di sisi sang suami. 

"ibu nur? Bukankah dia di?"

"ya.! Dia menghina papah hari ini. Dan papah tidak bisa menerima itu." kesal ardi mengepalkan tangannya.

Tari menggelengkan kepalanya dengan tegas. Ia merasa sikap suaminya ini sudah sangat berubah. dulu ardi adalah sosok penyabar dan juga lembut, Namun saat ini tidak ada kedua sikap itu lagi di dalam diri ardi.

"boleh mamah bicara?" tanya tari melemahkan suaranya.
Ardi hanya diam dan menatap tari bingung. 

"kamu banyak berubah pah. Dan rasanya aku tidak mengenali siapa pria yang ada di samping aku saat ini.  Kamu terlalu pemarah saat ini." jujur tari masih mengatur nada suaranya.

Ia bisa melihat ardi yang seperti ingin membantahnya saat itu, namun dengan cepat tari kembali membuka suaranya.

"yang aku kenal suami ku bukanlah orang yang akan menyakiti hati orang lain, apalagi hati putrinya sendiri. Yang aku kenal suami ku bukanlah orang pendendam, ia akan selalu memaafkan orang lain yang menyakiti nya. Ia tidak suka membuat masalah dengan siapapun apalagi dengan keluarga nya sendiri." tari terdiam sejenak dan masih menatap mata ardi penuh kekecewaan. 

"tapi aku tidak tau dimana sikap suamiku itu. Karna saat ini aku tidak mengenali sikap yang ada pada dirinya." lanjut tari lagi. Ia menghela nafas beratnya dan berdiri dari tempat duduknya. 

"aku harap dia bisa segera kembali." setelah mengatakan itu tari memutuskan untuk meninggalkan ardi yang terdiam seorang diri dengan mengepalkan tangannya erat-erat. Matanya menatap lurus kedepan tanpa mau berkedip sedetikpun.
Semua ucapan tari seakan terus berputar tanpa henti didalam pikirannya.

***

"kalian baik-baik disana ya. Jangan lupa selalu kabari papah." pesan ardi saat memeluk tubuh raffa. Ia juga tidak lupa memeluk tubuh sang cucu raka dan mendaratkan sebuah kecupan sayang di kedua pipi raka.
Kini tiba giliran ardi memeluk chika sang putri kesayangan.

Ardi bisa melihat wajah chika yang entah mengapa menggelap sejak kemarin. Bahkan ardi lupa bahwa sudah dua hari ini ia tidak melihat senyuman manis dari chika.

"papah sangat menyayangi kamu nak." bisik ardi mengelus punggung chika.
Tak ada jawaban apapun dari chika, hingga saat ardi melepaskan pelukannya barulah ia melihat senyuman chika. Dan itupun senyuman yang jelas dipaksakan oleh malaikat hatinya ini.

"papah dan mamah jaga kesehatan ya." hanya itu pesan chika sesaat setelah tari menariknya kedalam dekapannya.

"jangan khawatirkan kami. Mamah lebih khawatir dengan kamu sayang." bisik tari lemah. Ia mempererat pelukannya pada tubuh chika yang terasa semakin kurus saja. 

"jaga kesehatan kamu ya nak. Ingat disana gak ada mamah dan papah." pesan tari menangkup kedua pipi chika.

Dikecupnya seluruh wajah chika seakan ingin melampiaskan rasa rindu yang akan mereka rasakan kedepannya. 

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang