Your Happines 17

427 50 2
                                    

Meja makan di kediaman putra terlihat mulai menghangat dengan kehadiran rohman, nur dan kiraya. 

Sedang Kania pagi-pagi benar sudah berpamitan pulang karena ia memang ada jadwal tugas dirumah sakit.

Namun putra hanya bisa menatap interaksi kedua orang tuanya dan kiraya dari tempatnya. Ia tidak mau ikut kedalam candaan rohman dan kiraya karena ia tau rohman akan memilih mendiamkan dirinya.  Dan putra tidak mau kiraya akan menaruh curiga pada hubungannya dengan rohman. 

"pak putra ada tamu." ucap salah seorang pembantu putra dengan nada pelan. 

Putra yang memang sudah selesai menyantap sarapannya hanya menganggukkan kepala seraya mengelap bibirnya dengan tissu.

"ayah bu, putra ada tamu. Kalian lanjutkan sarapannya ya." pamit putra dengan sopan. 

Hanya nur yang menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tulus, sedang rohman masih setia memasang wajah datarnya.

Putra melangkah santai menuju ruang tamu, namun seketika wajah tenangnya berubah menjadi bingung saat melihat sosok pria paruh baya yang tengah berdiri menatap foto-foto raya yang memenuhi ruang keluarganya. 

"pak ardi." sapa putra mengeluarkan suara lembutnya.

Ardi membalikan tubuhnya, bisa putra lihat wajah ketidak sukaan ardi terhadap dirinya. 

"tumben bapak bertamu sepagi ini?  Apa bapak sudah sarapan?" tanya putra lebih mendekati ardi. 

"jika belum, mari kita sarapan dulu. Kebetulan saya dan keluarga sedang sarapan." ajak putra tersenyum ramah tanpa menghiraukan wajah masam ardi.

"tidak perlu.!" jawab ardi terdengar sangat ketus. "saya kemari bukan untuk meminta makan." lanjur ardi yang tiba-tiba saja menjatuhkan tubuhnya diatas sofa ruang keluarga putra. 

"bagaimana kondisi anda? Apa sudah mendapatkan donor nya?" ardi menyilangkan kakinya sambil menatap putra dengan tatapan mengejeknya.

"yah, saya hanya bisa bersimpati dengan penyakit anda itu." ujar ardi tanpa membiarkan putra menjawab atau mengeluarkan kata apapun dari mulutnya.

"tapi sepertinya itu karma untuk anda." ardi mengeluarkan senyuman miringnya. Ia terlihat tak merasa bersalah sama sekali setelah mengatakan itu semua. 

"anggaplah itu semua karma anda setelah menghina kekurangan putri saya. Dan sekarang saya sudah lega karena putri saya sudah hidup bersama pria yang tulus pada nya, bukan dengan anda.!" setelah mengatakan itu ardi bergegas berdiri dari tempat duduknya. 

Putra tak berniat mengeluarkan protesan atau kemarahannya pada ardi. Ia cukup tau bagaimana terlukanya ardi dulu saat ia mencampakkan chika yang memang adalah putri kesayangannya. 

Ardi berjalan ke arah pintu utama, namun sebelum ia keluar dari kediaman putra terdengar suara nur yang memanggilnya.

"tunggu ardi.!" teriak nur dari arah belakangnya. 

Ardi terdiam sejenak sebelum ia membalikan tubuhnya dan melihat nur yang berdiri dengan wajah merah padamnya.

"wah kamu disini juga nur?  Bukankah suami mu telah memutuskan hubungannya dengan pria itu." tanya ardi kembali melirik putra yang sudah berdiri dengan wajah datarnya. 

Tanpa menjawab nur justeru berjalan menghampiri sosok ardi. Wanita paruh baya itu terlihat sangat marah pada ardi karena rupanya nur mendengar semua hinaan dan ejekan yang keluar dari mulut ardi.

"pertama saya mau mengucapkan selamat untuk pernikahan putri kamu." ucap nur memberikan ucapan selamat namun jangan harap nur berbicara manis terhadap ardi, hanya ada kebencian dari setiap nada yang dikeluarkan oleh nur. 

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang