Your Happines 25

394 65 20
                                    

"kamu terlihat kurusan chik?" tanya Putra kembali membuka suara. Ditatapnya tubuh chika dari ujung kaki hingga ujung kepala nya, dan sungguh tubuh chika memang semakin kurus. 

Chika tak menjawab, wanita itu justeru balik menatap putra. "kamu juga mas." balas chika.

Putra memperhatikan dirinya sendiri dan ia pun sadar memang dirinya juga terlihat lebih kurus dari satu tahun yang lalu. 

"hehe." putra terlihat terkekeh sendiri.

"hmm biar kita gemuk lagi, kita makan itu yuk." ajak putra menunjuk ke salah satu cafe tenda yang tersedia di sekitar taman. Chika mengikuti arah telunjuk putra, dan rasa lapar pun seketika dirasakan olehnya saat melihat berbagai macam jenis makanan yang tersedia disana. 

Tanpa sadar putra meraih tangan chika dan menggengamnya sepanjang perjalanan mereka. Tak ada perasaan risih sama sekali dalam diri chika ketika mendapatkan perlakuan hangat itu dari putra. Bahkan chika merasa sangat nyaman saat tangannya berada dalam genggaman putra. 

Setelah memesan beberapa jenis cemilan, putra kembali membawa chika untuk duduk di tempat yang memang disediakan. 

Keduanya kembali terdiam, tak ada satupun yang membuka suara sampai cemilan yang mereka pesan telah datang. 

Sambil menikmati coctail fruitnya chika akhirnya menemukan bahan pembicaraan antara keduanya. sejenak ia mengamati wajah putra yang saat itu tengah memakan cemilannya.

"selamat atas kelahiran putra kamu ya mas." putra segera menghentikan kunyahannya. Seakan terkejut, putra meminum terlebih dahulu minuman yang juga telah ia pesan. 

"apa kamu bilang?" tanya putra tersenyum geli. 

"selamat untuk kelahiran putra kamu." ulang chika dengan polosnya. 

Putra seketika mengeluarkan gelak tawa nya dengan bebas. Bahkan pria tampan tersebut sempat menyeka air mata dari sudut matanya. 

"astaga jadi kamu sama saja dengan orang di luar sana ya." ucap Putra akhirnya menghentika tawanya. 

Ia memandang chika yang terlihat sangat kebingungan dengan sikap dan ucapan putra. 

"maksud kamu?" tanya chika semakin mempertajam tatapannya pada putra.
Putra sejenak membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman. Sedang chika terlihat sudah sangat penasaran dengan ucapan putra yang selanjutnya. 

"banyak hal yang terjadi selama satu tahun ini." ucapan putra sama sekali tak memuaskan rasa penasaran chika. Bahkan wanita itu terlihat diam membisu dan menunggu setiap kelanjutan ucapan putra. 

"sebenarnya setelah satu bulan kamu menikah dengan raffa." putra kembali menghentikan perkataannya. Bahkan chika dapat mendengar nada lirih dari setiap kata yang keluar dari bibir putra. "sebulan setelah kamu menikah, kania bertemu dengan teman masa lalunya. Dan rupanya pria itu telah memendam perasaan pada kania selama ini, dan pria itu tidak mau menunggu lagi hingga ia segera melamar kania. Dan kamu tau?  Aku sangat salut padanya karena dalam satu bulan itu dia mempersiapkan pernikahan yang sangat meriah untuk nya dan kania." jelas putra. Chika terlihat merasa lega saat mengetahui bahwa bukan putra lah yang menikah dengan kania. Entah ini salah atau tidak tapi dia bahagia saat tau bahwa putra masih sendiri sampai saat ini.

"akhirnya mereka pun menikah, dan sebulan kemudian. Aku juga dikejutkan dengan kehamilan kania yang sangat cepat. Hehe" lanjut putra dengan di akhiri tawa kecilnya. 

Chika hanya membalas putra dengan senyuman kecilnya, bahkan putra bisa melihat raut kesedihan saat ia mengunggkit persoalan kehamilan. 

"maafkan aku." bisik putra meraih tangan chika ke dalam genggaman tangannya. 

Chika mendongkakan kepalanya saat merasakan genggaman hangat dari tangan putra. Dan rasanya ia sangat merindukan genggaman tangan ini. 

"maaf untuk?" tanya chika mengkerutkan dahinya.

"maaf karena aku selalu saja menorehkan luka di hati kamu." ungkap putra semakin mengencangkan genggaman tangannya. 

Chika menggelengkan kepalanya serta tersenyum tulus pada putra. Bahkan chika mulai memberanikan dirinya untuk menumpukkan satu tangannya yang lain diatas tangan putra. 

"yang lalu biarlah berlalu. Tidak ada gunanya mengingat masa lalu, karena masa lalu hanya untuk dijadikan kenangan." balas chika mengelus tangan putra. Getaran lembut itu kembali muncul ketika merasakan betapa lembutnya tangan chika. 

"kenapa kamu begitu baik chika? Aku bingung terbuat dari apa hati kamu itu?" tanya putra masih dengan nada lembut khasnya. Sungguh bagaimana bisa putra menghilangkan cintanya pada chika sedang wanita ini selalu mampu membuat cinta putra bertambah berlipat-lipat pada chika.

"entahlah, aku juga tidak tau Tuhan menciptakan hati kita dari apa?  Apa kamu tau mas?" tanya chika terkekeh pelan. Putra justeru semakin terpesona saat melihat kekehan kecil yang dikeluarkan oleh chika.

"kamu pintar bercanda ya sekarang?" goda putra menaikkan kedua alisnya dan tak lupa juga senyuman khas dari seorang putra. 

Chika tiba-tiba merasa malu, ia pun tersadar dengan posisi tangan keduanya yang masih saling menumpuk. Seketika bayangan wajah raffa terlintas dalam benak chika hingga membuat chika menarik tangannya cepat-cepat.

"maaf mas," pinta chika dengan suara pelannya. 

Putra terlihat merasa kehilangan saat chika menarik tangannya. Namun pria itu berusaha menutupi rasa kehilangan itu dengan senyuman manisnya. 

"aku yang harus nya minta maaf." jawab putra berubah kikuk.

Keduanya sibuk mengalihkan tatapan mata mereka ke sembarang tempat. seakan keduanya memang sengaja untuk tidak mempertemukan pandangan keduanya. 

"chika."

"mas putra."

Keduanya serempak memanggil nama masing-masing. Putra terlihat tersenyum geli sedang chika kembali menundukkan kepalanya. 

Kembali Tak ada yang mau membuka suaranya. Hingga ketika raya dan raka yang entah sejak kapan sudah duduk bergabung dengan mereka memanggil mereka. 

"papah." panggil raya pada putra.

"mamah." panggil raka pada chika.

Keduanya serempak meratap ke arah putri dan juga putra mereka. Bahkan putra dan chika terlihat kompak saat mengelap keringat yang membasahi kening kedua bocah kecil tersebut. 

"aya senang maen sama raka." raya mengeluarkan rasa bahagia nya pada sang ayah. 

"raka juga senang main sama aya." balas raka tak mau kalah. 

Chika seketika tertawa saat mendengar celotehan kedua anak kecil yang berbeda jenis kelamin tersebut.
Ia pun dengan gemas nya mengacak-acak rambut tipis raka. 

"mamah." rengek raka menunjukkan wajah kesalnya saat chika mengacak rambutnya. 

"ya sayang?" tanya chika dengan polosnya. 

"jangan mengacak rambut raka. Apalagi ada raya." protes raka lagi. Bukannya merasa bersalah, chika justeru semakin melebarkan tawanya.
Tari dan putra hanya diam saja, kedua nya seakan sibuk menikmati pemandangan tawa chika yang rasanya sangat mereka rindukan. 

Terlebih bagi tari adalah sebuah kabahagiaan sendiri ketika melihat tawa dari putri tunggalnya itu.

Tari seakan larut dalam pemandangan yang membuat hatinya begitu sejuk. Bagaimana ketika ia melihat chika yang mencium pipi raka dengan gemasnya, atau ketika chika mencubit pipi raya yang tengah memamerkan gigi putihnya. 

Mungkin ia terkesan jahat pada raffa, namun bagi tari saat ini kebahagiaan chika adalah segalanya. Ia akan bersikap egois untuk kali ini asalkan ia bisa melihat tawa chika terus menerus seperti ini.

To Be Continued

Maafkan karena sedikit. Semoga suka ya, hahaha

Aku jadi ragu nulis kisah ini. Takut gak sesuai dengan ekspestasi kalian.

Your HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang