satu

2.1K 297 302
                                    

Hujan, aku hanya bisa menyaksikan hujan yang turun dari bilikku. Aku duduk di atas ranjang kecil sambil menopang dagu menatap ke arah luar dengan tatapan kosong. Aku tidak tahu apa yang sedang ada di pikiranku. Tetapi di benakku, benar-benar merindukan sekumpulan orang yang selalu membagi cerita dikala sedih ataupun senang,

Keluarga.

"Tuhan, aku ingin punya keluarga ...." pintaku pada Tuhan, aku tidak tahu apakah Tuhan mendengar doaku. Entah kenapa setiap hujan turun, aku meminta kepada Tuhan untuk memberikan keluarga kepadaku. Aku ingin keluargaku memelukku dikala hujan turun, pasti itu sangat menghangatkan.

Aku yang tengah melamun, kini dibuyarkan oleh teman sekamarku, Sari. Ia tidak biasanya membuka pintu secara tiba-tiba, biasanya ia mengetuk pintu sebelum masuk kamar.

"Kenapa wajahmu kucel begitu, Sari?" tanyaku kepada Sari saat melihat wajahnya yang muram.

"Aku bosan ada di panti ini, apa kamu tidak bosan?" tanyanya sembari membenahkan posisi duduknya.

Sejujurnya aku bosan tinggal di sini, apa boleh buat, kalau pun aku pergi dari panti ini, tidak ada satu keluarga yang aku kenali dan kalau tidak panti ini, aku tidak tahu bagaimana nasibku kedepannya, tinggal di mana pun aku tidak bisa membayangkannya. Itu hal yang sangat suram jika dipikirankan terus menerus.

"Hm, apa boleh buat? Kita harus tetap di sini sebelum ada orang yang mengadopsi kita, bukan?" Aku mencoba menenangkan diri.

Sari menghela napas lalu ia memilih untuk berbaring di atas kasur, aku hanya menggeleng kepala ke arahnya. Terlihat matanya sudah terpejam.

***

Author's note :

Hai. Semoga kalian suka dengan ceritaku yang kedua ya. Kalau ada kesalahan dalam penulisan, tolong dikomentari, karena aku masih sangat 'amatir' dalam hal menulis.

-Terima kasih-

Aku, Kau, dan Hujan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang