Kami pun sampai di Rumah Sakit, tempat Sari dirawat. Aku segera berlari kecil menuju ruangan Sari, aku melihat suster tengah melepas infus di punggung tangannya, wajah Sari tampak menahan nyeri.
"Tenang Sari. Tidak usah takut, kita ada di sini," ucapku berusaha menenangkan Sari.
Setelah tangannya terbebas dari jarum infus itu, ia segera mengenakan jaketnya, wajahnya tampak semringah, tidak sabar untuk kembali ke Panti dan bercanda lagi dengan anak Panti.
Kami berbondong-bondong keluar membawa tas yang berisi baju kotor Sari, sebenarnya aku tidak ikut membawa tas Sari, hanya Julian dan Gangga yang membawanya, aku dan Sari sibuk bercerita sepanjang lorong Rumah Sakit.
"Julian!" panggilku. Lelaki itu pun menolehkan kepalanya, dan mengangkat dagunya, "kemarin, katanya ingin bertemu, kamu akan membicarakan soal apa?" tanyaku langsung ke point.
"Malam ini, kamu dibolehkan pergi atau tidak?" tanya Julian yang masih berjalan di lorong Rumah Sakit.
Aku melirik Gangga penuh harap, agar ia mau membantuku untuk meminta izin kepada Ibu Panti agar malam ini aku diperbolehkan keluar bersama Julian, Gangga hanya memutar bola matanya, ia tampak cemburu kalau aku sedang bersama Julian.
***
"Gangga, mau 'kan membantuku? Untuk ini saja, oke?" pintaku, aku memohon kepadanya agar ia mau, sedangkan Sari memilih untuk jalan duluan menuju kamar.
"Nanti akan aku pikirkan," katanya langsung menutup pintu kamarnya. Aku mencibir di depan pintu, langkahku langsung menuju kamarku.
Aku membuka pintu, dan melihat wajah Sari tampak panik dan aku melihat Sari melempar benda kotak itu ke kasur secara tergesa-gesa. "Kamu melihat benda itu?" tanyaku penuh tuduhan.
"Ti ... dak, aku tadi mengambil benda itu hanya untuk bercermin saja," katanya terbata-bata. Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Aku pun mengambil ponselku lalu meletakkannya di nakas.
Aku menatap ke arah luar jendela, daun-daun pohon terlihat berjatuhan satu sama lain, aku melihat kembali pohon itu, ia tampak sedikit gundul, pasti ia merasa kedinginan tanpa daun-daun itu. Apalagi angin berhembus kesana-kemari, membuat dedaunan itu tambah rontok. Miris sekali nasib si pohon.
Aku yang tengah melamun dikejutkan oleh suara ketukan pintu. Aku menatap Sari, ia tengah berbaring dengan pulas, pasti ia butuh istirahat yang banyak. Aku pun mengambil posisi berdiri lalu berjalan mendekati pintu.
"Julian?"
***
Aku menatap langit yang sangat gelap, hingga membuatku berpikiran dunia akan kiamat, awan bergumpalan, membuat bulu kudukku bangun. Aku sedang berada di sebuah kedai makan yang tak jauh dari Panti, sekitar 100 meter dari Panti.
"Untuk apa kamu mengajakku kesini, Julian?" tanyaku, pasalnya sedari tadi aku dan Julian tidak membahas apa-apa, hanya menikmati teh hangat dan menatap hujan beserta kilat yang menerangi langit.
"Ini ...," ucapnya sembari menyerahkan sebuah kotak bercorak polkadot. Aku sedikit tertegun saat Julian memberikanku kotak itu. "Tapi, janji, jangan dibuka sekarang. Nanti kalau kamu sudah sampai Panti, kamu boleh membukanya." pesannya.
Tanpa aku sadari wajahku terasa panas, padahal hari ini cuacanya sangat dingin. Aku pun mengucapkan terima kasih kepada Julian. Setelah Hujan sedikit mereda, aku meminta untuk pulang, sebelum pukul 8 malam. Tetapi sebelum itu, Julian memintaku untuk mengembalikan ponselnya, ia baru tersadar, kalau dikontak ponselnya banyak sekali nomor HP orang-orang penting.
"Sampai jumpa, lagi!" seru Julian sembari melambaikan tangannya.
Kita sudah sampai di depan Panti, aku segera membuka pintu utama Panti, dan aku berlari kecil menuju bilikku. Terlihat wajah khawatir Sari tergambar jelas, aku hanya menyengir kearahnya, tanpa merasa bersalah.
"Itu apa?" tanya Sari.
"Ah, tidak apa-apa," kataku. Sari tidak mempedulikan lagi, ia segera berbalik badan lalu tidur, sedangkan aku langsung membuka kota bermotif polkadot itu.
Mataku terbelalak, melihat apa yang diberikan oleh Julian, aku menutup mulutku agar tidak berteriak, "Terima kasih, Julian," kataku berbisik.
***Author's note :
Kira-kira apa ya?
Ohiya, belakangan ini aku bakal update 2/lebih chapter sekaligus :) semoga kalian menerimanya.Semoga kalian suka ya
-Terima kasih-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau, dan Hujan.
RandomTentang hujan, yang mengingatku pada masa lalu yang kelam, aku merasa senang maupun sedih, bersamaan dengan turunnya hujan yang membasahi semesta ini.