Empat Puluh Empat

3.5K 98 0
                                    

Seorang gadis bersurai panjang berlari disepanjang bandara, gadis itu tak mempedulikan kakak dan adik nya yang terus memanggil nama nya dari arah belakang.

Yang sekarang ada dipikiran nya adalah lelaki bersurai pirang yang tak lain adalah kekasih tercinta nya.

Gadis itu sangat takut jika hal buruk terjadi pada kekasih nya. Lihat saja kedua mata gadis itu yang sembab menandakan bahwa gadis itu menangis semalaman.

"Rose tunggu!" Teriak Nevan dari belakang yang menggerek koper besar, disamping Nevan ada Nathanil yang sedang mengetik apa di ponsel nya.

"Etdah Nil, udah jangan main hp dulu itu kejar Rose heh." Tegur Nevan yang membuat aktivitas Nathanil bermain ponsel nya terhenti lalu menatap Nevan sekilas, dengan santai Nathanil berjalan mendahului Nevan tampa sepatah kata pun.

"Lah kok gue ditinggal, ade durhaka emang." Gerutu Nevan kesal sambil berjalan menyusul adik nya.

Rose memberhentikan sebuah taksi untuk menuju rumah sakit dimana Dave dirawat.

Didalam taksi Rose diam, ia begulat dengan pikiran nya sendiri. Sesekali ia mengusap mata nya menggunakan tisu.

Ya, Rose saat ini menangis dalam diam nya. Ia memandang keluar jendela menatap kosong kearah gedung-gedung tinggi menjulang yang dilalui, pikiran nya sangat kacau.

Demi Justin Bieber, Rose sangat sangat tak mau kehilangan Dave.

Tuhan, apa aku memang tak berhak bahagia bersama Dave?

Tuhan, izin kan Dave hidup lebih lama.

Kumohon berilah Dave kesembuhan, jangan biarkan ia pergi.

Tuhan, jika bisa aku ingin menggantikan posisi Dave sekarang.

Aku tak ingin melihat nya menderita.

Dave, kenapa kamu gak bilang dari dulu sama aku kalau kamu punya penyakit sialan ini?

Kenapa Dave? Kenapa gak jujur dari awal?

Apa kamu belum bisa percaya sama aku?

"Maaf Mba kita sudah sampai." Tanya supir Taksi yang kira-kira berumur empat puluh tahunan.

Ucapan supir taksi itu membuat Rose tersadar dari lamunan nya, dengan terburu-buru Roae membuka pintu lalu membayar taksi.

Bau khas rumah sakit menyambut indra penciuman Rose, Rose mempercepat langkah nya menuju lantai dua dimana itu adalah ruangan ICU.

Diruangan ICU sudah ada kedua orang tua Dave dan para sahabat nya dengan wajah yang terlihat lelah.

Yang kalian harus tau sekarang adalah kondisi Dave sangat kritis, dan sekarang mereka hanya bisa melihat Dave melalui kaca ruang ICU.

Tadi pagi Dave dipindahkan lagi keruangan ICU karena kondisi nya yang terus memburuk.

Dokter Rama sedang memeriksa Dave sekarang. Diruang tunggu ini tak ada yang bersuara hanya ada isak tangis Moza yang dari tadi pagi tak berhenti sebentar pun.

Moza sangat amat terpukul sekarang, jika Dave pergi Moza tak bisa memiliki anak lagi karena rahim nya sudah diangkat sejak lima belas tahun yang lalu karena terkena infeksi.

Alvian pun sama terpukul nya tetapi tak ia tunjukan kepada orang lain, cukup diri nya sendiri yang tahu jika sekarang ia sedang dititik terlemah nya. Alvian lah satu-satu nya orang yang harus menyemangati Dave dan Moza.

Lelah? Itu yang Alvian rasakan sekarang, ia lelah menghadapi cobaan seperti ini.

Kapan semua nya berakhir?

Pergi (END) (Privat) #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang