Ini adalah hari keempat MOS, kakak-kakak OSIS menyiapkan satu permainan untuk para pesertanya. Permainan tersebut terdiri dari lima orang untuk setiap kelompok. Setiap kelompok diharuskan mengunjungi setiap pos yang telah ditentukan oleh kakak-kakak OSIS.
Nantinya di setiap pos, salah satu anggota dari setiap kelompok akan mendapatkan perintah dari kakak OSIS yang berjaga di sana. Bagi peserta yang tidak bisa atau gagal menjalankan perintah tersebut, akan mendapatkan hukuman. Kira-kira begitu penjelasan salah satu pengurus OSIS yang saat ini sedang berdiri di depan kelas.
Gadis itu, Sherin mengangguk-angguk paham. Sedari tadi, Sherin dengan seksama mendengarkan semua ucapan pembimbing gugusnya.
"Kalian semua paham?" tanya Alex, salah satu pembimbing gugus yang tadi menjelaskan peraturan permainan.
"Paham, Kak," kata mereka dengan serempak.
"Saya gak denger. Mana sih suaranya. Jangan letoy!" kata Alex, membuat beberapa orang di kelas tersebut tersentak kaget.
"PAHAM KAK," ucap mereka lebih keras.
Sherin mendengus pelan. Sudah empat hari ini ia harus menahan kesabaran karena suara kakak-kakak kelasnya yang sering membentak. Kalau begini terus, Sherin bisa jantungan dan mati muda. Atau yang paling memungkinkan, sehabis acara MOS selesai, Sherin harus cek ke dokter THT.
"Sekarang saya akan membagi anggota-anggota kelompoknya."
Sherin memasang telinganya baik-baik. Sambil menunggu namanya disebut, ia mencoret-coret dengan bentuk abstrak buku tulis miliknya.
"Kelompok selanjutnya adalah Sherin," Sherin langsung berdiri tegak. "Key, Raka, Sean, dan Gina."
Sherin mengangguk kepada siswa-siswi yang juga berdiri sama sepertinya. Lalu, mereka kembali duduk.
"Yah, kita gak sekelompok," keluh Ara di sebelah Sherin.
Sherin menghela pasrah. "Ya sudah, mau gimana lagi?"Nama terakhir telah di sebutkan. Kakak-kakak OSIS menyuruh mereka semua untuk segera menuju ke lapangan.
Sebelum acara mulai, para peserta diberi pengarahan secara singkat terlebih dahulu oleh kakak kelas.
Sherin, Raka, Key, Gina, dan Sean pun langsung pergi menuju pos satu setelah diperbolehkan bubar oleh kakak kelasnya.
"Jadi, siapa nama kalian?" Tanya Vio, salah satu pengurus OSIS yang berjaga di pos satu, dengan lembut namun tetap tersirat nada tegas di dalamnya.
"Key."
"Sean."
"Raka."
"Sherin."
"Gina."
"Kalian mau ngapain di sini?"
"Lah, kan kakak yang nyuruh kita buat ke sini," ceplos Sean.
Sherin memutar bola mata malas. Sementara Vio, ia hanya memandang datar pada makhluk tak berbentuk di hadapannya. "Memangnya saya pernah nyuruh ke kalian?"
"Secara tidak langsung, iya," jawab Sean asal ngomong.
"Oke. Kalau gitu udah ngerti kan cara permainannya?" Mereka berlima mengangguk serempak.
"Kalau begitu, saya mau kamu pilih salah satu dari dua kotak ini," suruh Vio kepada Sean.
"Isinya apa?"
"Pilih aja dulu."
Setelah lama berpikir, akhirnya Sean memilih kotak yang kiri. Vio langsung membuka kotak tersebut dan terlihat lah sebuah makanan yang sangat mencolok dengan warna merah terang yang mendominasi makanan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlan
Teen Fiction"Kisah kita memang hanyalah sebentar. Tetapi kenangan yang kamu ciptakan akan selalu terkenang untuk selamanya di hatiku." *** Berawal dari kasus Sherin yang susah move on dari Ares, membuat Sherin terpaksa mencari pelarian ke sosok laki-laki bernam...