Berkat kejadian semalam, pagi ini Sherin benar-benar malu jika harus bertemu sapa depan Shiran di sekolah. Ia berharap, untuk hari ini saja, Shiran tidak muncul di hadapannya walau seujung hidung pun. Oh, Sherin amat malu jika harus bertemu dengan laki-laki itu barang sebentar saja. Apalagi ditambah dengan jantungnya yang tak dapat kompromi dengan dirinya.
Tapi sepertinya semesta ingin mempermainkan dirinya. Sebab, pagi-pagi sebelum bel masuk berbunyi, dengan seenak jidat Shiran langsung masuk ke kelasnya sambil memberikan cengiran konyolnya. Sherin yang tadinya sedang mengobrol santai dengan para sahabat langsung ketar-ketir karena kehadirannya.
Ya memang sih, walaupun tujuan Shiran ke kelas untuk bertemu dengan teman-temannya, tapi tak ayal itu tetap membuat jantung Sherin deg-degan. Beberapa kali Sherin menyempatkan untuk mencuri-curi pandang ke arah Shiran dan berakhir ketahuan hingga membuat perempuan tersebut menambah kadar malunya.
Acha menyenggol bahu Sherin. "Cie, yang lagi kasmaran mah beda. Dari tadi nahan senyum melulu."
"Apa, sih." Sherin memukul bahu Acha sebagai jawaban dari tindakan salah tingkahnya.
Sherin jadi ingat satu hal. Ia belum menceritakan kejadian semalam kepada sahabatnya yang lain, kecuali Aira seorang. Ia jadi bimbang, apakah di harus bercerita atau tidak untuk saat ini.
Karena Aira berada di sebelahnya, Sherin pun menusuk lengan Aira dan berbisik, "Cerita gak ya?"
Aira memberikan sebuah anggukan sebagai jawaban. Sherin berpikir sebentar untuk menimbang-nimbang, apakah harus diceritakan sekarang atau nanti.
Sherin berdeham. "Pengen cerita."
"Cerita apaan?" tanya Alesha.
"Tentang Shiran."
Sherin melirik tempat Shiran terakhir berada. Namun ia malah tidak lagi menemukan sosok tersebut. Mungkin laki-laki itu sudah balik ke kelasnya. Sherin sedikit kecewa. Tapi dengan begitu, Sherin jadi dapat bercerita dengan lebih leluasa.
"Widih, kenapa tuh sama Shiran?" seru Dian.
"Jadi, awal mulanya tuh dari Shiran yang tiba-tiba sering chat buat nanya tugas kan. Nah, semenjak itu, dia jadi sering nanya-nanya kabar gitu, kayak lagi ngapain, udah makan belom, besok ada PR apa, dan lain-lain. Sampai yang kemarin dia ngasih Chocolatos gara-gara aku udah bantuin dia ngerjain tugasnya, malamnya waktu kita lagi ngobrol di Line, dia tiba-tiba nanya. Siapa orang di kelas kita yang suka sama dia," Sherin memulai ceritanya.
"Wadaw!"
"Ya gue langsung panik kan. Awalnya gue nyoba buat enggak kepancing. Pokoknya ngelak sebisa mungkin deh. Tapi tiba-tiba dia bilang 'katanya... Itu... Elo...'. Wailah tambah panik lah. Saking paniknya aku sampai chat Aira buat nanyain ini harus gimana-gimana kan. Terus kata Aira, coba buat bilang jujur. Kalau udah tahu ngapain masih nanya. Ya udah deh kulakuin."
"Wah parah sih lo gak bilang-bilang sama kita," ucap Alesha sambil memotong-motong kertas dengan cutter entah milik siapa.
"Bukan gitu, Le, tapi emang gue tadi malam panik banget sampai gak kepikiran buat chat kalian," kata Sherin memberi penjelasan.
"Iya, iya. Terus gimana? Lanjut!"
"Nah terus si Shiran chat gini, 'listen, do you want to know a secret?'. Nah di situ gue masih bercanda-candain, kayak bilang sok inggris lu. Tapi dia bilang serius. Terus dia chat lagi dan bilang 'do you promise not to tell?', nah di sini gue mulai ada perasaan gak enak.
"Tapi setelahnya, dia bilang lagi 'closer... Let me whisper in your ear. Say the words you long to hear'. Kalian mau tahu habis itu dia bilang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlan
Teen Fiction"Kisah kita memang hanyalah sebentar. Tetapi kenangan yang kamu ciptakan akan selalu terkenang untuk selamanya di hatiku." *** Berawal dari kasus Sherin yang susah move on dari Ares, membuat Sherin terpaksa mencari pelarian ke sosok laki-laki bernam...