Kata teman Sherin saat kelas sepuluh, jatuh cinta itu indah, namun menyakitkan dalam waktu bersamaan. Saat jatuh cinta, kita akan di hadapi oleh dua pilihan. Jatuh ke taman yang indah, atau malah jatuh ke jurang yang gelap. Tetapi, mau jatuh ke mana pun, yang namanya jatuh pasti akan merasakan sakitnya. Dan Sherin merasakannya sekarang.
Jatuh cinta dengan sosok macam Shiran membuat Sherin masih saja melayang di angkasa. Bingung mau jatuh kemana. Sherin takut, jika ia gerak sedikit ia akan salah langkah. Tapi Sherin juga tidak mampu untuk menahan perasaan ini.
Andaikan bisa, Sherin tidak ingin merasakan hal ini. Ribet. Bikin kepala mumet. Tapi sayangnya semua sudah terjadi. Dia pun tidak bisa menghindarinya. Jadi Sherin pasrah saja.
Terkadang Sherin merasa bodoh. Mencintai seseorang yang belum tentu menyukai dirinya. Bodoh karena terlalu yakin kalau Shiran akan membalas perasaannya itu.
"Argh, kok gue jadi galau gini sih." Sherin mengusap wajahnya lelah. "Tau ah, bodo. Mending ke kantin aja. Siapa tahu nanti ketemu solusinya."
Dengan gontai, Sherin berjalan keluar kelas menuju kantin seorang diri. Takdir jadi jomblo ya gini, sedih. Tadinya Sherin ingin mengajak sahabatnya yang lain, tapi saat melihat keadaan kelas, para sahabatnya sudah hilang entah kemana.
Tak butuh waktu lama, Sherin sudah memasuki pintu masuk. Saat itu juga, Sherin melihat sahabat-sahabatnya sedang duduk berkumpul di meja tengah sambil tertawa receh.
Sherin mengerucutkan bibirnya. Pantesan hilang. Taunya ada di sini ninggalin gue sendirian.Ish!
Sherin berjalan ke arah meja tersebut. Ia menggrebak meja tersebut kencang hingga membuat penghuninya terkejut.
"Eh, monyong-monyong," latah Aira, kemudian ia mengelus dadanya pelan.
"Ngapain sih lo? Datang-datang ngerusuh aja. Gak jelas," rutuk Alesha kesal.
"Harusnya aku yang nanya. Kalian ngapain ninggalin gue sendirian di dalam kelas. 'Kan jomblonya jadi kentara banget," balas Sherin sebal.
"Lah kok jadi nyalahin kita? Tadi tuh kita udah manggilin lo, tapi lo-nya malah ngelamun gak jelas. Ya udah akhirnya kita tinggalin deh," kata Alesha seraya menyedot es jeruknya.
Sherin mencebik. Setelah menghentakkan kaki sekali, Sherin pergi ke kantin Mbak Desi untuk membeli es teh manis.
"Hai, jelek."
Sherin segera menoleh ke kiri. Sherin menghela napas. Orang yang ia lamunkan akhirnya muncul juga.
"Orang gak sadar diri gini nih," cibir Sherin. Lalu ia menerima es teh dari tangan Mbak Desi setelah membayar minuman tersebut. Sehabis itu ia segera berbalik ke meja para sahabatnya berkumpul. Untuk saat ini ia ingin sedikit menghindari sosok tersebut.
"Minum es melulu, nanti sakit lho," ucap Shiran.
Sherin hanya meliriknya, tapi tetap melanjutkan langkahnya. Sherin pikir, menghindari Shiran adalah salah satu cara yang tepat untuk saat ini. Tetapi, tanpa Sherin sadari sebenarnya hal ini sangat salah. Cara ini sama saja dengan kabur dari masalah. Tapi karena sangking pusingnya, Sherin jadi tidak bisa berpikir hingga ke sana.
Saat sampai, Sherin segera duduk di sebelah Aira. Sherin meminum sedikit es tehnya, kemudian mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah telinga Aira.
"Nanti pulsek aku ke rumahmu ya, Ai. Pengen cerita sesuatu," bisik Sherin sangat pelan. Tapi untungnya sahabatnya yang lain tidak ada yang mendengarnya.
Aira menoleh sekilas ke arah Sherin lalu mengangguk mengerti dengan menunjukkan jempolnya dari bawah meja. Sherin tersenyum, sirat ucapan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlan
Teen Fiction"Kisah kita memang hanyalah sebentar. Tetapi kenangan yang kamu ciptakan akan selalu terkenang untuk selamanya di hatiku." *** Berawal dari kasus Sherin yang susah move on dari Ares, membuat Sherin terpaksa mencari pelarian ke sosok laki-laki bernam...