Suara Ke-5

35 5 6
                                    

"MAMAAAAAAAAAA...."

Suara yang membelenggar itu membuat seorang wanita berjalan terpogoh-pogoh ke sebuah pintu berwarna putih. Saat dibuka pintu tersebut, tampaklah seorang gadis perempuan dengan penampilan acak-acakan sedang duduk di atas kasur dengan frustasi.

"Kenapa, Kak?" tanya perempuan tersebut sambil mengatur deru napasnya.

"Mama kenapa gak bangunin Sherin, sih," jawab Sherin dengan sedikit kesal. "Sherin jadi telat, nih."

Saat bangun tidur tadi pagi, Sherin dikejutkan dengan jarum jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Itu artinya ia hanya punya waktu setengah jam sampai gerbang sekolahnya ditutup.

"Mama udah bangunin kamu berkali-kali. Tapi kamunya aja yang kebo. Salah kamu juga, sih," jawab Irin sambil berkacak pinggang.

"Lah kok jadi salah Sherin?" tanya Sherin sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
Irin mendengus. "Udah sana, pergi ke kamar mandi. Kamu udah nyia-nyian lima menitmu cuman buat ngomel-ngomel di kasur."

"Ma, apa Sherin gak usah masuk sekolah aja ya?" tanya Sherin sambil menopang dagu.

"Ini lagi. Pokoknya gak ada acara bolos-bolos," tolak Irin.

"Tapi kan Ma, mending bolos hari ini aja. Soalnya kan biasanya hari pertama masuk sekolah itu, guru-guru pasti masih pada mager ngajar. Jadi Sherin gak bakal ketinggalan pelajaran," oceh Sherin sambil berharap dalam hati Mamanya akan memberi izin.

Irin berkacak pinggang. "Mama bilang enggak, ya enggak. Mending sana kamu mandi," titah Irin tanpa penolakan.

Sherin mengerucutkan bibirnya. "Sekali, aja. Ya Ma?" pinta Sherin sambil menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Matanya dibuat semelas mungkin supaya Irin bisa luluh.

Irin mengangkat jari telunjuk kanannya, lalu menggoyangkan ke kanan dan ke kiri. "Lebih baik telat, dari pada tidak sama sekali."

Sherin berdecak pelan. Dengan malas, ia turun dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi. Sebelum menutup pintu, Sherin bertanya kepada Irin, "Bang Tio masih di rumah kan?"

Irin menggeleng. "Abangmu kan ada kelas pagi. Tadi barusan aja Bang Tio berangkat ke kampus."
Sherin membelalakkan matanya.

"Terus Sherin berangkat dianterin sama siapa?" Sherin menggaruk pipinya panik. Karena biasanya yang akan mengantarkan Sherin ke sekolah adalah kakaknya. Apalagi sekarang Sherin dalam keadaan sangat bahaya. Cuman motor Bang Tio yang bisa jadi penyelamat.

"Nanti Mama anterin. Sekarang mending kamu mandi, siap-siap, terus berangkat."

"Terus Reina gimana?"

"Dia masih bobo. Makanya kamu cepetan, keburu Reina bangun. Tapi ya meski ada Mbak Ningsih yang jagain, sih."

"Tapi bukannya Mama harus ngajar ya?" ucap Sherin mencari-cari alasan.

"Hush, banyak alasannya aja kamu. Sekolah Mama masih libur. Gak ada alasan buat bolos lagi kan? Sekarang buruan kamu mandi, yang cepet ya."

Sherin menggerutu tapi tak luput untuk menutup pintu kamar mandi dan mulai melakukan aktivitas mandinya yang bisa dibilang secepat kilat.

"Mama, Sherin udah siap nih. Ayo berangkat sekarang," kata Sherin sambil melangkah ke arahnya Irin. Sebuah tas sudah ia gantung di bahu kanannya.

"Enggak sarapan dulu?" tanya Irin dengan satu lapis roti di tangannya.

"Sherin kan udah telat, Mama. Mana sempet buat sarapan. Sarapan mah gampang bisa di sekolah," kata Sherin dengan sabar.

Sherin jadi gregetan sendiri dengan Mamanya. Padahal tadi, saat dia baru bangun tidur, Irin menyuruh Sherin untuk siap-siap dengan cepat. Tapi saat sudah siap, Irin malah menunda-nundanya. Kalau udah begini mah, siapin mental aja nanti.

SherlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang