Saat ini adalah Minggu pagi. Tadinya Sherin ingin membaca novelnya di kamarnya dengan ear phone yang tersumpal di telinganya. Setelah MOS yang ia jalani selama seminggu, Sherin jadi merasa malas untuk beraktivitas. Tapi semua rencananya hancur ketika Ara menelpon dirinya jam lima pagi. Ayam jantan bahkan belum bangun dan berkokok. Tapi sahabat Sherin yang satu ini memang kelewat rajin. Ara bilang, pagi ini Sherin harus pergi ke Mystic Café, salah satu tempat yang menjadi langganan Sherin dan sahabatnya.
Jadi di sini lah sekarang Sherin berada. Arloji ungu di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 8 pagi, seperti yang dijanjikan Ara. Tapi sampai saat ini, Sherin belum melihat batang hidung salah satu sahabatnya. Jadi dari pada berdiri bengong di depan café, Sherin lebih memilih mencari meja bundar yang bisa memuat para makhluk laknat hingga 7 orang yang berada di pojok ruangan café.
Mystic Café. Sesuai dengan namanya, tempat ini dibuat semisterius mungkin. Semuanya tentang makhluk abadi seperti werewolf, vampire, peri, penyihir, dan lain-lain. Dinding café diberi warna coklat gelap dengan beberapa artikel tentang penemuan seperti bangkai peri yang dibingkai lalu dipajang dengan rapih. Selain itu, ada juga poster makhluk-makhluk yang dianggap abadi. Yang paling menyeramkan menurut Sherin adalah poster naga dengan sisik berwarna merah menyala yang sedang menyemburkan api hitamnya. Matanya berwarna hitam gelap dengan arsiran tipis berwarna merah darah, menunjukkan bahwa dia sedang marah.
Lampu ruangan ini remang-remang, membuat aksen menyeramkan lebih lekat di sini. Para pelayan menggunakan pakaian yang tidak normal. Contohnya seperti penjaga kasir yang mengenakan pakaian seperti penyihir lengkap dengan topi kerucut yang menjadi ciri khasnya. Tapi untungnya, tidak ada yang mengenakan kostum mermaid.
Iya lah, bagaimana cara ia berjalan nantinya?
Entah ini adalah kunjungan yang keberapa kalinya. Semenjak dibuka secara resmi satu setengah tahun lalu, Sherin selalu ke sini, dengan atau tidak bersama sahabatnya. Dia bahkan tahu seluruh karyawan yang bekerja di sini. Mungkin jika Sherin disuruh untuk menyebutkan benda-benda yang ada di sini beserta posisinya, Sherin bisa menjawab dengan lancar.
Makanannya yang sesuai dengan dompet anak remaja, suasananya, dan semuanya membuat Sherin selalu nyaman berada di sini. Kebetulan juga Sherin suka membaca novel tentang hal-hal seperti makhluk macam vampir dan kawan-kawannya.
Lelah menunggu selama lima menit, Sherin akhirnya menghubungi mereka lewat aplikasi bernama Line.
SYAITON (7)
Sherin: Woy, kalian udah ada di mana? Gue udah nyampe nih
Sherin: P
Sherin: P
Sherin: P
Sherin: P
Sherin: P
Ara: OTW
Sherin: Cepetan. Gue hampir lumutan nih
Alesha: Wkwk
Alesha: Sabar atuh, bentar lagi nyampe nih
Acha: Udah di depan bareng Asyi
Lonceng pintu berbunyi. Sherin segera mengalihkan perhatiannya ke arah dua orang perempuan yang sedang celingak-celinguk di depan pintu dengan bingung. Sherin melambaikan tangannya untuk memberi tanda kepada Acha dan Asyi.
Untuk informasi, Acha dan Asyi juga sahabat Sherin sejak SMP. Namun saat SMA mereka berpisah dan memilih bersekolah di SMA Harapan Jaya, lumayan jauh dari SMA Lentera Bakti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlan
Teen Fiction"Kisah kita memang hanyalah sebentar. Tetapi kenangan yang kamu ciptakan akan selalu terkenang untuk selamanya di hatiku." *** Berawal dari kasus Sherin yang susah move on dari Ares, membuat Sherin terpaksa mencari pelarian ke sosok laki-laki bernam...