Suara Ke-8

44 7 2
                                    

"Shiraaaaaaannnnn."

Suara kencang seorang perempuan menggelegar di lorong kelas yang sepi. Hal tersebut membuat beberapa guru yang sedang mengajar di dalam kelas, langsung keluar kelas. Ternyata penyebabnya adalah seorang laki-laki dan perempuan yang sedang berlari-larian.

"Shiran, kembaliin makanan gue!" seru Sherin kesal. Banget? Iyalah. Siapa sih yang gak kesel kalau makanannya tiba-tiba diambil orang?

"Kalian berdua, berhenti!ï" Perintah tegas dari seorang guru membuat langkah lari mereka langsung berhenti mendadak. Dengan menundukkan kepala, mereka berjalan ke arah Pak Hendrik.

"Kenapa pada lari-larian?" tanya Pak Hendrik sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Shiran tadi ngerebut makanan saya, Pak," lapor Sherin takut-takut.

"Mana makanannya?" kata Pak Hendrik sambil mengulurkan tangannya.

"Ini, Pak."

Shiran pun menyerahkan makanan tersebut. Kini makanan itu sudah berada di tangan Pak Hendrik, guru Sejarah kelas 11 sekaligus Wakil bidang kesiswaan di sekolah mereka.

"Tadi pagi kayaknya saya lihat taman belakang sekolah banyak banget sampah-sampahnya, apalagi daun-daun kering. Jadi sebagai hukuman, kamu bersihin taman sekolah sampai bersih," perintah Pak Hendrik. Sherin langsung bersorak senang dalam hati karena bisa melihat Shiran yang tersiksa. Senyuman pun mengembang di wajah Sherin.

"Kamu juga," sahut Pak Hendrik sambil menatap Sherin. Seketika senyuman Sherin langsung luntur.

"Kok saya juga, Pak?" tanya Sherin kaget. "Saya kan gak salah."

"Siapa yang bilang kalau kamu gak salah?"

"Ya, ya, tapi kan saya memang gak salah, Bapak."

"Kamu membeli makanan di kantin saat jam pelajaran berlangsung, apa itu masih bisa disebut tidak bersalah?"

Sherin langsung diam dan menundukkan kepala.

"Udah sana, kalian segera bersihkan taman belakang."

"Iya, Pak."

***

"Pokoknya ini semua gara-gara lo," tuduh Sherin sambil menyapu daun-daun kering.

"Lah kok gue? Lo juga salah kali," ucap Shiran tidak terima dituduh.

"Gue gak salah," sangkal Sherin. "Kalau bukan karna lo, mungkin sekarang gue lagi ada di kelas sambil menikmati jam kosong gue."

"Kalau bukan kalna lo, mungkin sekalang gue lagi ada di kelas sambil menikmati pelajalan sejalah," balas Shiran

"Cowok mana yang suka sama pelajaran sejarah," guman Sherin tidak yakin sambil memutar bola matanya.

"Gue gak salah. Sekali lagi gue kasih tau ke elo. Gue. Enggak. Salah," kata Sherin penuh penekanan. Dia bahkan sampai melempar sapu yang ia genggam dan hampir saja mengenai kepala Shiran.

"Ck, kalo masih gak mau ngaku, sini gue kasih tau salah lo apa. Perltama, andaikan lo gak beli makanan ke kantin, pasti gue gak ada inisiatif buat gangguin lo."

"Gue ragu."

"Kedua, andaikan lo gak teyiak-teriak di lorong kelas, kita gak mungkin ketahuan sama Pak Hek."

"Andaikan lo gak ngambil makanan gue, gue gak bakal lari-larian ngejar lo sambil teriak-teriak," bantah Sherin sambil mengambil sapu yang tadi ia lempar.

"Au ah, gue capek. Mending lo telusin noh nyapunya."

"Gak bisa berkata lagi kan?" kata Sherin kemudian tertawa sinis.

SherlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang