"Karan! Come here!"
Perlu beberapa detik bagi Karan untuk menyadari lengkingan yang didengarnya berasal dari kamar mandi. Tangannya membeku di atas keyboard laptop sebelum dia beranjak dari single sofa yang di duduki dan bergegas mempercepat langkah saat namanya kembali dipanggil.
Setelah merutuk pelan akibat satu boneka penguin Oscar—yang mengejutkannya saat memasuki kamar Oscar pertama kali adalah koleksi penguin yang tersimpan di satu lemari khusus berisi boneka, snow globe, miniatur, bahkan mug berbentuk burung yang tidak mampu terbang itu—yang tergeletak di dekat tempat tidur hingga membuatnya hampir terjerembap, Karan berlari kecil menuju kamar mandi. Begitu berada di ambang pintu kamar mandi, dilihatnya Oscar merapatkan punggung ke dinding berkeramik biru tua sementara pancuran air masih hidup. Uap mulai membasahi dinding kaca pembatas shower, tetapi Oscar justru tetap berdiri terpaku. Board shorts yang dikenakannya ke pantai masih belum dilepasnya meski dia sudah di kamar mandi lebih dari 10 menit.
"Ada apa?" tanya Karan sambil berjalan menuju shower dan mematikannya begitu menangkap raut muka Oscar menunjukkan ekspresi antara jijik dan geli.
"That little monster!" tunjuk Oscar ke salah satu di sudut kamar mandi.
Karan pun mengikuti pandangan Oscar. Disaksikannya satu kecoak sedang berusaha membalikkan tubuh dari posisi telentang hingga membuatnya berputar-putar tidak tentu arah. Dia menatap Oscar dan kecoak bergantian sambil memeras otak demi mencari korelasi antara teriakan Oscar dengan keberadaan serangga cokelat bersayap itu di kamar mandi.
"Kecoa?"
"Throw. It. Away!" perintahnya.
Belum sempat Karan bereaksi, Oscar sudah terlanjur berlari kecil meninggalkan kamar mandi. Mengukur kepalanya karena heran atas kejadian yang baru terjadi, Karan memutuskan bertanya apa yang harus dilakukannya.
"What do you want me to do?" serunya dari kamar mandi. Tidak cukup keras, tapi dia yakin Oscar mendengarnya.
"Get that little monster out of the bathroom! Kill it! Do something! Anything!"
Baru kali ini Karan melihat Oscar begitu panik hingga dia menggeleng bingung tanpa mampu menahan tawa kecilnya. Dengan langkah ringan, diambilnya dust pan yang ada di luar pintu kamar mandi dan dengan gerakan cepat, Karan menyapu binatang kecil tersebut sebelum membuangnya ke toilet bowl. Begitu siraman air menenggelamkan little monster—julukan yang mengingatkan Karan akan sebutan bagi penggemar Lady Gaga—Karan mencuci tangan kemudian kembali ke kamar. Dengan tubuh setengah telanjang, Oscar duduk di tepi tempat tidur dengan ponsel di tangannya.
"It's gone."
"What did you do?" tanyanya begitu mengangkat wajah.
"Sudah jadi mendiang."
Tawa yang tadi hanya berupa kikikan, berubah menjadi tawa lepas begitu melihat Oscar mengerutkan kening. Maksud hati ingin melucu, tetapi guyonannya ternyata gagal dipahami Oscar. Pria itu memang masih sering bingung jika Karan menggunakan kata-kata yang rumit dan jarang dipakai.
"Men ... diang? What the hell is that?"
Tebakan Karan bahwa Oscar tidak pernah mendengar kata 'mendiang' sebelumnya rupanya tepat. Meski tidak keberatan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi, tidak jarang Oscar bersikeras Karan memakai bahasa Indonesia demi melancarkan kosakata dan pelafalannya. Konsekuensinya, Karan tidak punya pilihan selain menebalkan kesabaran jika Oscar tidak memahami kata yang dia ucapkan. Namun menjelaskan arti sebuah kata kepada Oscar selalu menghibur Karan.
"I got rid of it."
"Aku nggak minta binatangnya dibunuh, Karan. Oh, poor thing," selorohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AS TIME GOES BY
General Fiction[THE WATTYS 2020 WINNER] Oscar James dan Karan Johandi menjalani dua kehidupan yang sangat bertentangan. Atas campur tangan semesta, dunia mereka dipertemukan dalam sebuah penerbangan menuju Denpasar dari Kuala Lumpur. Tidak ada romansa yang menye...