25 - THE TRUTH

1.8K 264 27
                                    

"KarJo!"

Deru mesin motor Karan yang belum dimatikannya tidak mampu meredam teriakan Zola. Senyum lebarnya langsung tersungging begitu melihat wajah ceria sahabatnya yang sudah lebih dari sebulan tidak dia temui. Langkah-langkah kecil Zola bahkan sudah mencapainya ketika helm yang dia pakai belum sepenuhnya dia lepas.

"Wow! Wow! Ada apa ini?" seru Karan saat kedua lengan Zola langsung merengkuh tubuhnya begitu dia turun dari motor.

"Kangen tauk!" balas Zola sambil melepas pelukannya. "Lo kok kurusan?" tanyanya seraya menepuk kedua pipi Karan. "You need to get laid, KarJo, seriously. Apa perlu gue ambil langkah drastis dengan arrange blind date buat lo? Kayaknya lo nggak akan mempan kalau nggak diancem. Beneran, deh. You need a boyfriend, KarJo!"

Karan menanggapi ucapan sahabatnya dengan sebuah decakan. "Lagi agak banyak kerjaan."

"I. Don't. Believe. You!" tukas Zola sambil mencubit pinggang Karan. "Lo butuh cowok. Titik!"

"Gimana training-nya di Istanbul?" tanya Karan mengabaikan ucapan terakhir Zola.

"Lumayan. Yuk masuk!"

Zola langsung menggandeng lengan Karan melewati pintu bercat putih dan seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Karan hanya menurut saat Zola mendudukkannya di bean bag yang ada di ruang tamu. Satu yang disukai Karan dari rumah yang disewa Zola di kawasan Pemogan adalah interior serta isi rumahnya yang menampilkan kesan ringkas. Tidak ada sofa, melainkan empat buah bean bag berwarna kuning yang menghiasi ruang tamu dan satu meja bundar yang diletakan di tengah. Tidak banyak hiasan di dinding bercat biru muda selain foto-foto dan beberapa hiasan dinding etnik. Lemari kaca yang berisi suvenir dari perjalanannya ke berbagai negara membatasi ruang tamu dengan ruang tengah yang juga berfungsi sebagai ruang makan.

"Lo udah makan belum? Gue tadi bikin mi goreng."

Karan mengangguk. "Udah makan di hotel tadi."

"Gue ambilin jus mau?"

"Punya sari kedelai nggak?"

Zola berkacak pinggang. "Kalau nggak di rumah gue, di mana lagi lo bakal dapet sari kedelai?" balasnya sambil berlalu ke dapur. "Ada cerita apa selama gue pergi?" Suara Zola terdengar dari dapur sehabis dia meraih dua pak kecil minuman sari kedelai dari kulkas.

"Nggak ada yang menarik. Kita kan nggak ketemu cuma sebulanan, Zo, dan itu pun karena kamu sibuk. Lagian, kita juga Whatsaapp-an hampir tiap hari."

Karan menerima dua kotak yang disodorkan Zola dan tanpa menunggu, langsung menyobloskan sedotan dan menyeruputnya. Haus yang ditahannya sejak tadi langsung hilang begitu rasa manis dan kedelai melewati tenggorokan. Satu kotak langsung tandas sementara Zola menggeleng heran melihat kelakuan sahabatnya.

"Lo masih komunikasi sama Oscar James nggak?" Zola menyeret satu bean bag agar lebih dekat ke Karan dan langsung mendudukinya.

Jika pertanyaan itu didengar Karan saat dirinya masih menikmati sari kedelai, minuman itu bisa saja tersembur keluar akibat keterkejutannya. Sejak pertemuan mereka di penutupan Festival Maya lebih dari setahun lalu, seingat Karan, Zola tidak pernah bercerita tentang bertemu Oscar, baik secara sengaja maupun tidak. Saat hubungannya dan Oscar masih berjalan, Zola pun hanya selintasan menyinggung Oscar. Sekadar bahasan singkat yang akan dilupakannya dua jam kemudian.

"Kamu nanya orang yang salah. Memangnya aku sahabat baiknya? Ketemu dia juga cuma dua kali, terakhir pas penutupan Festival Maya dulu itu."

"Yah, kirain gue bisa tanya ke lo soal dia," ujar Zola sambil memonyongkan mulut.

AS TIME GOES BYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang