Karan memandang Samudra Atlantik yang terlihat kelam di hadapannya. Dinginnya angin yang berembus membuat Karan beberapa kali menggigil, ditambah gemuruh gulungan ombak yang menimbulkan perasaan nyeri dalam dirinya. Namun di saat yang bersamaan, dia merasa damai karena bisa melihat lagi sesuatu yang sangat dirindukannya dari Bali. Ada godaan untuk turun ke bawah dan membenamkan kakinya di pasir, tapi mengingat tubuhnya sudah protes hanya dengan berdiri di balkon, Karan tidak yakin dia mampu menahan dingin demi menuruti egonya.
Keriuhan di dalam apartemen masih terdengar jelas. Dia menengok sekilas dan melihat Deniz masih mengobrol dengan beberapa kenalan sementara Martin duduk di sofa panjang sambil menikmati kue ulang tahun. Dia belum bertemu Egil. Dari apa yang ditemukannya begitu memasuki apartemen, Egil jelas pria mapan yang sangat rapi dan sederhana. Mungkin demi alasan pesta kecil-kecilan malam ini, tidak banyak yang bisa dilihatnya selain sofa panjang, televisi 32 inci, dan satu rak kaca di sudut ruangan yang ketika Karan hampiri, berisi buku-buku tebal berbahasa Portugis. Yang Karan tahu, Egil berasal dari Norwegia dan sedang ada di Porto untuk memperdalam bahasa Portugis. Dia tidak mengajukan pertanyaan lebih lanjut karena Deniz terlanjur menggeretnya untuk diperkenalkan kepada beberapa orang teman.
Menjadi satu-satunya orang Indonesia di OPS membuat Karan tidak kaget dengan raut muka terkejut, kekaguman, serta berbagai macam pertanyaan yang jawabannya sudah dihafalnya di luar kepala. Sejak sampai di Porto dan setiap kali bercerita perjalanannya hingga sampai di sini, Karan menjadi semacam ambassador tidak resmi untuk Indonesia. Mulai dari pertanyaan mengenai Bali—satu-satunya yang sepertinya diketahui banyak orang—pulau-pulau di Indonesia, makanan, hingga situasi politik, Karan memberikan jawaban sebaik mungkin. Acara malam ini lebih seperti potluck dinner daripada acara ulang tahun. Setiap orang membawa makanan atau minuman dan satu-satunya yang menjadi favorit Karan adalah bacalhau yang diolah menjadi bermacam-macam makanan. Sejak sampai di Porto, olahan ikan kod asin itu menjadi salah satu makanan favoritnya.
Karan menyesap bir di tangannya sambil menyandarkan punggung ke tembok. Dia bersyukur tidak ada orang lain di balkon hingga dirinya bisa menjauh sesaat dari keramaian. Dikeluarkannya ponsel dari saku celana dan satu notifikasi membuat tangannya gemetar saat dia mengaktifkan fitur internet.
OJams_84 just shared a post
Begitu dia menyentuh notifikasi dan melihat foto yang diunggah Oscar, Karan menggigit bibir bawahnya. Meski bukan kali pertama dia melihat akun Instagram Oscar sejak sampai di Porto, rasa nyeri dan rindu yang dirasakannya masih mengimpit.
Dipandanginya foto Oscar yang tersenyum lebar sambil membelai kepala Jupiter. Namun perhatian Karan teralih ke kaus yang dikenakan pria yang berjarak ribuan kilometer darinya saat ini. Kaus abu-abu tanpa lengan dengan tulisan 'Proud Daddy of Jupiter' yang membungkus tubuh Oscar adalah kaus yang diberikan Karan ketika hubungan mereka memasuki bulan keempat. Masih jelas dalam ingatannya reaksi Oscar saat Karan menunjukkan kaus yang dipesannya khusus. Dengan senyum lebar, Oscar langsung memakai kaus di hadapan Karan sebelum memeluknya dan mendaratkan kecupan di pipinya.
Karan tersenyum hampa mengingat kilatan kenangan yang mati-matian ingin disingkirkannya. Bahkan lima belas bulan telah berlalu sejak Oscar mengungkapkan perasaannya malam itu setelah mereka menonton Casablanca.
Ada godaan menekan tombol hati, tetapi Karan menguatkan hati agar tidak melakukannya. Melirik persentase baterainya yang tinggal 8%, Karan mematikan ponsel dengan cepat. Ditandaskan birnya yang tinggal sedikit sembari mengingat kalimat yang diucapkan Zola saat mengantarnya ke bandara sebulan lalu.
"Lo kudu janji sama gue bakal jadi Karan Johandi yang nggak gue kenal lagi. Install Grindr kalau perlu! Awas kalau gue nanti ke Porto dan lo bilang belum nge-bang siapa-siapa. Gue yakin cowok-cowok yang bakal lo temuin di Eropa nanti jauh lebih kece dari mantan sialan lo itu. Orang kayak dia nggak pantes lo pikirin lama-lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
AS TIME GOES BY
General Fiction[THE WATTYS 2020 WINNER] Oscar James dan Karan Johandi menjalani dua kehidupan yang sangat bertentangan. Atas campur tangan semesta, dunia mereka dipertemukan dalam sebuah penerbangan menuju Denpasar dari Kuala Lumpur. Tidak ada romansa yang menye...