Begitu masuk area Pura Petitenget, Karan segera mencari tempat kosong untuk parkir. Tempat parkir di dekat Pura Petitenget ini memang luas dan selalu ramai. Begitu mendapatkannya, Karan melepas jaket sebelum turun dan langsung berjalan menuju jembatan kayu. Meski tidak sepenuhnya yakin, Karan melangkah menuju sosok yang sedang menekuri ponselnya tepat di tengah jembatan. Jantungnya berdegup kencang begitu langkahnya semakin mendekat. Belum sempat kakinya menyentuh jembatan kayu, pria itu menoleh. Karan tersenyum menyadari pria yang dilihatnya memang Oscar.
"Karan."
"Aku harap kamu nggak nunggu lama."
Oscar menggeleng. "Aku baru sampai sepuluh menit lalu."
"Apa kabar?"
"I'm great! You look nice, Karan."
Karan hanya tersenyum simpul menanggapi kalimat Oscar. "Thank you. You don't look bad yourself."
Oscar mengenakan kemeja denim lengan panjang biru yang digulung hingga ke siku, celana pendek hitam, dan sandal jepit. Tampilan Oscar benar-benar sangat biasa hingga orang-orang melewatinya begitu saja tanpa sadar siapa Oscar. Karan bahkan sempat menunduk ketika menyadari dua kancing kemeja Oscar sengaja dibuka dan wajahnya bersih dari rambut-rambut tipis. Oscar tampak lebih segar dan ... menarik seperti biasanya. Karan sendiri mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak hijau putih dan celana jin biru tua.
"Kamu mau duduk di mana?"
"Do you mind if we take a walk? Mungkin ke arah sana," tunjuk Oscar ke sisi kanan jembatan.
"Okay," balas Karan sambil melepaskan sandal dan menentengnya di tangan kanan.
"Hotel ramai?"
Karan mengedikkan bahu. "Nggak terlalu. Kamu sendiri? Sibuk pastinya."
"Biasa saja," jawab Oscar sambil memberikan cengirannya.
"Tumben cuma sehari di Bali."
Oscar mengerang pelan. "I know. I wish I could stay longer."
"Ke Bali cuma buat pemotretan aja? Di mana kalau aku boleh tahu?"
Oscar mengangguk. "Aku lupa namanya, it's in south and starts with P."
"Pecatu?" tebak Karan.
"Yes!" tukas Oscar penuh semangat. "That's the place."
"Jauh dong kalau dari sini."
"Iya, nanti aku ke Jimbaran karena udah booking hotel di sana. I'm helping a friend, actually. Dia mau buka butik di Bali dan I love her designs even before I moved to Indonesia. Ayo kalau kamu mau lihat."
"Lihat kamu pemotretan?"
Oscar mengangguk. "Iya."
"Aku nggak mau ganggu. I have few things to do tomorrow," tukas Karan cepat. Sebenarnya tidak ada yang harus dilakukannya besok, tapi Karan tidak ingin egonya berlonjak kegirangan jika dia mengiyakan ajakan Oscar.
"Why didn't you tell me?"
Oscar menghentikan langkah ketika mereka baru saja melewati Alila sebelum pria itu menatapnya.
Karan membalas tatapan Oscar penuh tanya. "Cerita tentang apa?"
Oscar mengangkat telunjuknya, meminta Karan menunggu sebentar. Dia kemudian meraih sesuatu dari messenger bag-nya. "Ini," ucap Oscar sambil mengangkat satu buku di hadapan Karan.
Napas Karan tertahan begitu mengetahui buku apa yang dipegang Oscar. Dia menelan ludah sebelum menundukkan wajah. Meski ingin tersenyum lebar, Karan memutuskan untuk mengulumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AS TIME GOES BY
General Fiction[THE WATTYS 2020 WINNER] Oscar James dan Karan Johandi menjalani dua kehidupan yang sangat bertentangan. Atas campur tangan semesta, dunia mereka dipertemukan dalam sebuah penerbangan menuju Denpasar dari Kuala Lumpur. Tidak ada romansa yang menye...