Disappear

739 92 14
                                    

Gadis itu menatap datar langit di atasnya, kelabu.
Sorotan kedua matanya terlihat redup, lalu pandangannya beralih pada tumpukan daun-daun tua yang berguguran.

Tidak bisakah Kau mengambil hidupku? Semuanya begitu menyesakkan.

Gadis itu menyingkirkan noda tepung kering di lengannya. Kini pandangannya beralih ke daun-daun kuning yang mulai meranggas dari pohonnya.

Ketika daun jatuh, ia tidak akan pernah bisa kembali ke tempat semula. Yang akan mereka dapatkan hanyalah injakan-injakan tak acuh.
Tetapi menurutku aku akan mengambil resiko menjadi daun kuning itu, menyuruh angin menerbangkanku kemana saja, asalkan aku bisa pergi dari pohon itu.
Pohon yang dipenuhi daun hijau itu.

Gadis itu refleks memejamkan matanya, menahan sensasi dingin yang berpadu dengan hembusan angin musim gugur yang kian hari makin mendingin.

Klontang!

Benda padat itu mengenai permukaan tanah.
“Wah.. kau sedang menunggu hujan Hae Mi-ya? Aku membawakannya lebih awal dari hujan, Bagaimana? Kau suka?” gadis dengan rambut blonde itu berkacak pinggang.

Ia meraih rambut panjang lawan bicaranya.
“Kurang?” kali ini ia menariknya dengan kuat.

Hembusan angin berhembus menusuk kulit, ia mulai menggigil.

Aku sudah muak dengan perlakuannya.

Hae Mi melepaskan rambutnya dari cengkraman gadis berambut blonde itu.
Ia bangkit lalu melangkah mendekati gadis itu.

“Ck!” Ia mendecak dan menatap tajam gadis itu.

“Beraninya kau menatap mataku! Anak haram sepertimu!”

Hae Mi membeku, seketika tangannya meraih rambut gadis itu.

“Akh!”

“Ji Soo-ya!” teman-temannya tampak melangkah mundur.

“Hah! Lihat teman-temanmu, ckckck.. Pecundang!”
Gadis bernama Choi Ji Soo itu menjerit, tarikan di rambutnya semakin menguat.
“Ji Soo-ya, kau tahu? Aku sudah lelah menjadi bonekamu. Untuk saat ini dan seterusnya sepertinya kalian harus mencari mainan baru.”
Hae Mi menarik rambut Ji Soo mendekat. “Berani menyentuhku lagi, kau akan mati!”
Ia mendorong rambut Ji Soo menjauh darinya dan melangkahkan kakinya menjauh dari tempat itu.

Haruskah aku yang mengakhirinya?

Hae Mi memejamkan matanya, membiarkan hembusan angin menerpa tubuh rapuhnya.

•••


Masalah baru mulai menghampiriku.

Bagus sekali! Ji Soo keparat itu melaporkanku atas tuduhan kekerasan dan pembullyan di lingkungan sekolah.

Apalagi hari ini? Tamparan? Makian? Mungkin yang lebih parah tidur di gudang tanpa makan malam.

Jangan terlalu terkejut, aku selalu mengalaminya.
Hampir setiap hari.

Kalian masih bertanya-tanya  tentang sebutan ‘anak haram’ tempo hari? Ya aku anak haram. Tapi aku bahkan tidak tahu kenapa mereka mnyebutku dengan sebutan itu.
Aku tidak pernah tahu atau mungkin telah melupakannya. Entahlah. Aku tidak peduli.

Oh ya, aku mempunyai saudara perempuan, ya benar. Saudara tiri.
Usia kami terpaut 1 tahun.
Park Hae Ra, ia tumbuh menjadi gadis cantik dan cerdas, sayangnya hatinya tak secantik parasnya.

Di bawah pencahayaan lampu remang-remang sebuah ruangan yang biasa aku sebut sebagai ruang keluarga—ketiga pasang mata tengah menatapku tajam. Ruangan 4x4 ini lebih mirip gudang bawah tanah daripada sebuah ruang keluarga.

Save Me ; JJK  [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang