Trap

367 58 3
                                    

“Dimana aku?”

Bangunan tua itu tampak familiar di mataku.

Anehnya kalender itu menampakkan tanggal 12 lagi.

Apa yang terjadi di tanggal 12?

Nafasku tercekat. Jantungku serasa berhenti berdegup.

Itu rumahku.
Rumah terkutuk sepanjang hidupku.

Aku menyeret kakiku memasuki rumah itu.
Terlihat seorang gadis sibuk memainkan ponselnya dan membiarkan sebuah televisi tabung menonton dirinya.
Park Hae Ra.
Aku melirik sekilas ke arah layar ponselnya dan seketika mataku terbelalak.

12 Oktober 2015

Seluruh sarafku membeku saat seorang menabrak dan menembusku begitu saja, seperti menembus sebuah kepulan asap.

Ayah.

Lalu tatapanku beralih pada seorang wanita di belakangnya, si penyihir tua itu.

Tanganku tergerak menyentuh punggung ayah, aneh. Aku bisa menyentuhnya tapi ayah tidak memperlihatkan tanda-tanda ia merasakan sentuhanku.

Ayah berbau aneh, Saat aku mendekatkan mataku ke lengan bajunya—melihat noda yang terlihat samar dari balik jaketnya—tiba-tiba ayah berjalan cepat menuju kamarnya.

Alisku bertaut bingung. Kenapa aku memimpikan hal seperti ini?

Benar juga, dimana ‘aku’ berada saat ini?

Gudang? Ya gudang.

Aku yakin saat itu aku sedang berada di gudang.
Saat aku berbalik hendak menuju gudang tiba-tiba ibu menabrak dan menembusku...

•••


Hi, little princess.” Suara rendah namun jernih yang sangat familiar itu menyambut saat mataku terbuka sempurna.

Kepalaku sakit sekali. Aku baru ingat bahwa aku saat ini dalam keadaan yang kurang baik.

Lalu mataku menegaskan saat ini aku tidak sedang berada di rumah sakit melainkan di kamarku sendiri.

Saat aku ingin membuka suara, tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu, tadinya aku berharap ibu-lah yang membawakannya untukku.

Aku menghela napas kecewa.
Jung Ho mengambil mangkuk itu dan mengaduknya—menyendok kemudian meniupnya perlahan.

Tangan beserta sendok penuh bubur itu terjulur ke arahku, “Aaa..” lalu yang terlihat ia membuka mulutnya sendiri sambil menyerukan sebuah kata bodoh.

Aku menatapnya datar dan mengunci rapat-rapat mulutku.
“Kau tidak mau makan?” tanyanya dengan ekspresi aneh dengan sendok yang masih bertahan di posisinya. Tepatnya di depan wajahku.

Jung Ho menarik sudut bibir kanannya ke atas, “Lalu bisa kau beritahu aku sebuah alasan yang bagus agar aku bisa percaya dengan jawabanmu—kenapa kau keluar rumah tanpa memberitahuku sebelumnya?”

Tubuhku seperti disengat listrik dengan kekuatan ringan, lalu dengan mantap aku memajukan wajahku dan menyuap sendok yang dipenuhi bubur itu ke mulutku.

Aku menelannya dengan kesal. Bubur itu sudah dingin saat mencapai mulutku.

Jung Ho menampilkan senyum penuh kemenangan di wajahnya.
Aku memutar bola mataku, muak melihat seringaiannya.


Aku menghabiskan semangkuk bubur itu ditambah dengan seringaian menyebalkan milik Jung Ho.
Aku menatapnya lurus.
“Apa?” tanyanya tanpa menoleh ke arahku, tangannya sedang sibuk pada mangkuk dan gelas kosong di hadapannya.
Aku menghembuskan napas kesal.
“Ambilkan aku air,” jawabku serak, ia melirikku sekilas lalu mengambil ponselnya dan tangannya terlihat mengetik sesuatu.

Save Me ; JJK  [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang