Ada satu hal di dunia ini yang tidak bisa dibeli dengan apa pun, tapi selalu dianggap sepele oleh semua orang: Waktu.
🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛
5 September 2016
Sebuah daun kecokelatan akhirnya terlepas dari tangkainya, ia terlihat beterbangan bebas dibawa angin, disambar berkali-kali oleh beberapa kendaraan yang berlalu-lalang dengan saling kebut, takut diguyur hujan yang mulai jatuh deras.
Seorang perempuan dengan lambang nama Riska Damayanti di seragam putih abu-abunya, terlihat duduk sendiri di sebuah halte, seraya memutar-mutar asal jarum jam tangannya yang sudah tidak memiliki kaca.
"Sayang ya, memutar kembali waktu, gak semudah memutar jarum jam."
Pandangan Riska seketika menatap ke arah seorang lelaki yang tiba-tiba berdiri menatap hujan di depannya. Lelaki itu mengulurkan satu tangannya ke depan, merasakan derasnya hujan membasahi tangannya. Raut wajahnya terlihat tenang namun sendu di saat yang bersamaan.
"Iya-iya," ucap Riska, mengangguk-angguk asal, padahal ia tidak paham betul makna ucapan lelaki itu.
"Setiap hal yang kita alami saat ini, bakal jadi kenangan di detik-detik hidup kita selanjutnya. Dan ... kalau suatu saat suasana yang sama terjadi, pasti kita bakal inget sama kenangan itu." Lelaki itu berbalik sejenak ke arah perempuan yang sedang duduk di belakangnya.
Benar dugaannya, perempuan itu menunduk sambil cemberut, berusaha tidak peduli. "Kamu pernah mikirin itu gak, Ris?"
Riska hanya menatap sekilas lelaki yang dikenal aneh itu. "Ya nggaklah, ngapain coba? Gak penting."
Hening.
Lelaki itu terdiam beberapa detik, kedua sudut bibirnya perlahan mengukir senyum. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk menadah air hujan, dan ketika sudah penuh, ia melempar semaunya ke arah Riska.
"Apaan sih, Kev?" Nadanya terdengar marah, tapi tak bisa dimungkiri, Riska justru tersenyum.
"Biar suatu saat nanti, kalo lagi hujan, trus kamu kecipratan air dari mobil atau motor, kamu gak bakal marah." Kevin menatap Riska dengan senyum tipisnya.
Manis.
Mata sipit, hidung mancung dan kulit putihnya, entah kenapa membuat lelaki itu terlihat tampan.
Kevin bukanlah tipikal lelaki rapi dengan seragam terkancing sampai atas, ujung baju masuk ke dalam celana, atau rambut yang di-pomade agar terlihat rapi. Bukan. Rambut lurus Kevin hanya ia biarkan dengan poni miring yang akan bergerak lembut saat tertiup angin.
Ia tidak sempurna layaknya para lelaki dalam dunia fiksi, hanya seorang lelaki biasa yang menyukai matematika dan seni.
Riska terdiam beberapa detik melihatnya. "Kenapa?"
"Karena kamu pasti langsung inget saat-saat ini."
Hening seketika.
Riska tertegun beberapa detik mendengarnya. Ia seolah baru menyadari. Lelaki ini, punya cara tersendiri untuk menunjukkan maksudnya.
Dia ... beda dari yang lain.
Lamat-lamat, Riska ikut tersenyum menatap Kevin. Ia ikut membalas lelaki itu dengan melemparkan air hujan dengan kedua tangannya.
Mereka tersenyum bersama. Riska tertawa lepas di sana, bersama seseorang yang tanpa ia sadari telah melukis warna-warna cerah dalam hidupnya.
Perempuan dengan kehidupan monoton yang jarang memperhatikan sekitarnya itu, seketika dibuat tertawa senang oleh seorang lelaki, yang seolah sedang berusaha mewarnai hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Time [Completed]
RomanceMeraih 3 kategori dalam lomba 'Write Your Story Challenge 1' diadakan oleh @wpdorm (2017) : 🎉 Juara 3 🎉 Juara favorit 1 🎉 Juara favorit 2 🔢🎨🔢 [This story has been revised] Kevin memang tidak sespesial laki-laki di dunia fiksi. Pianis sekolah...