🕘33🕘 END

200 45 26
                                    

09 September 2016
10:15 A.M

Riska terlihat duduk di ruangannya, ia menatap layar ponselnya yang sejak semalam belum ada pesan balasan dari Kevin, bahkan setelah ia mengirim ucapan selamat pagi untuk lelaki itu.

Terlalu bosan berada di ruangannya, ia memilih berjalan menuju taman belakang rumah sakit ini. Riska memilih duduk di salah satu kursi panjang di taman tersebut, menikmati pemandangan di sini, yang membuatnya seketika teringat dengan taman belakang SMA-nya dulu, tempat pertama ia memperhatikan Kevin diam-diam waktu itu.

Lebih tepatnya, tempat pertama Kevin melihat Riska.

"KAMU YANG SUKA LIATIN SAYA DARI BALIK POHON, KAN?"

Riska seketika terkekeh sendiri mengingat masa-masa itu. Di saat semuanya belum serumit sekarang.

Riska terdiam, rasanya ia sangat merindukan lelaki itu sekarang. Ia memilih mengambil ponselnya, kemudian menekan panggilan di kontak milik Kevin, berharap lelaki itu telah bangun dari tidurnya kemarin.

Namun sayang, masih tidak ada jawaban. Hingga beberapa kali Riska mencoba memanggilnya, tetap tidak ada jawaban. Ia memilih memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya.

Selang beberapa detik, Riska kembali antusias mengambil ponselnya saat terasa sebuah getaran yang ia yakini panggilan dari Kevin.

Namun ia justru mengernyit heran. Itu bukan panggilan dari Kevin, melainkan dari Al. Akhirnya Riska mengangkat panggilan tersebut dengan beberapa pertanyaan dalam kepalanya.

"Kamu ke Siloam sekarang!"

Tanpa basa-basi apapun, Al langsung memberikan kalimat perintah yang terdengar sangat tegas. Riska justru terdiam, heran.

"Kenapa ...."

Al terdengar mengembuskan napas pelan, membuat Riska menghentikan ucapannya, setelah mendengar Al berusaha mengatur napas.

"Kevin udah pergi, Ris."

Hening beberapa detik. Membiarkan suara angin dan dedaunan yang bergerak saling berebut fokus di pendengaran Riska. Ia mencoba mencerna baik-baik ucapan Al, di tengah suasana dingin di taman ini.

"Dia ... udah gak ada." Al memperjelas ucapannya, kali ini sangat jelas, meskipun suaranya terdengar sangat parau.

Hening beberapa detik. Al tidak berbicara lagi, ia tahu Riska masih berusaha mencerna ucapannya tadi.

Riska hanya terdiam. Ia menatap kosong ke depan. Membiarkan butiran-butiran air matanya jatuh bebas membasahi pipinya.

"Bohong!" Entah kenapa, Riska justru meneriakkan kata tersebut. Tangannya terkepal kuat, napasnya naik turun mendengar kenyataan yang sangat tidak ia inginkan, justru terjadi di saat seperti ini.

Baru saja ia meluapkan kerinduannya pada lelaki itu, secepat itu pula ia harus merindu kembali.

"Kamu jangan bohong, Al! Gak lucu tau gak?!" Emosi Riska tersulut keluar bersamaan dengan kalimat-kalimatnya tadi. Deru napasnya terdengar jelas, detak jantungnya seolah ingin meledakkan tubuhnya sendiri, ia mengepalkan tangannya, tidak bisa menerima kenyataan akan ucapan Al tadi.

"Dia udah pergi, Ris, Sekitaran jam 8 pagi tadi." Suara Al melembut, ia tahu Riska pasti sangat sulit menerima kenyataan ini.

Riska seketika melemas, tubuhnya benar-benar jatuh terduduk di atas kursi tadi.

Menyadari semuanya, Riska segera beranjak menuju area dalam rumah sakit tanpa peduli dengan air matanya yang mulai jatuh bersamaan dengan otaknya yang entah kenapa justru memutar ulang kenangannya dari awal bertemu Kevin. Ia dengan cepat menelepon taksi.

Circle Of Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang