Penasaran? tanya saja, jangan dipendam. Kesempatan yang sama tidak akan datang untuk kedua kalinya.
🕛Cɪʀᴄʟᴇ OғTɪᴍᴇ🕛
Lantunan musik piano klasik terdengar menggema memenuhi aula sekolah ini. Seorang lelaki yang memainkannya terlihat memejamkan matanya sesekali, menikmati alunan-alunan nada yang terdengar lembut melalui tuts yang ia tekan.
Beberapa murid terlihat sibuk berlatih dengan alat musik mereka masing-masing. Ada pula yang baru saja keluar dari aula seni, berbincang bersama teman-teman mereka.
Amat—salah satu murid kelas X-3—lagi-lagi terlihat berlarian, dikejar oleh teman kelasnya pula, kali ini bukan perihal pulpen, melainkan pertanggungjawaban akibat ulahnya yang menaikkan sepatu Mila ke atas jendela yang cukup tinggi.
"EH TU MUKA JAN NGERUT GITU, DAH TUA MALAH TAMBAH TUA ENTAR!"
"KURANG AJAR LU!" Lagi-lagi bersama Mila, entah kenapa pula mereka sangat gemar berlarian berdua.
Efek kesal, Mila melemparkan sepatu yang satunya ke arah Amat dan tepat menghantam kepala lelaki itu. Orang-orang yang melihatnya hanya menggeleng pelan, ada pula yang tidak bisa membendung tawanya, dan refleks tertawa lepas melihat kedua orang itu.
Bukannya membantu, Aznan yang merupakan ketua kelas hanya duduk tenang di dalam aula seni seraya tertawa keras. "Mau-mau dia lah, Mat! Muka dia juga kan yang tua!"
"Eh! Elu lagi nambah-nambahin!" Mila beralih mengejar Aznan, yang pastinya membuat lelaki itu segera berlari untuk menghindar.
Riska terlihat memasuki aula seni bersama Tiara, seraya sibuk melakukan permainan suit. Ia terdiam beberapa detik, setelah mendengar musik yang terdengar mencolok di antara suara alat musik yang lainnya.
Terdengar lantunan piano klasik di sana. Perempuan itu bahkan tertegun beberapa detik ke arah seseorang yang memainkan alat musik itu. Orang kayak dia? Bisa main piano selancar itu?
"Satu ... dua ... tiga!"
Efek tidak fokus dengan hitungan Tiara, Riska justru mengeluarkan jari telunjuk, yang nyatanya Tiara mengeluarkan jempolnya.
"Yess! Gue menang!"
Riska membulatkan matanya melihat ke arah Tiara. Bukan apanya, biasanya dia akan menang kalau bermain hal-hal seperti ini. "Yaudah buruan, nyuruh ngapain?"
Tiara terlihat berpikir beberapa detik, kemudian pandangannya mengarah ke seseorang di area depan. Beberapa orang yang memainkan alat-alat musiknya sudah kebanyakan berhenti dan kembali ke kelas mereka. Tetapi ada satu orang yang membuat Tiara seketika tersenyum penuh arti.
"Si Kevin main piano serius banget ya, Ris?" Tiara menjeda sejenak ucapannya."Coba lo kagetin gih!"
"HAH?" Riska refleks berteriak mendengar hal itu. Ia tidak habis pikir dengan pemikiran Tiara, entah kenapa pula ia bisa memberi tantangan seperti itu.
Dan yang terpenting, entah kenapa pula, lelaki yang di sana itu harus Kevin.
"Semangat!" Tiara cekikikan melihat temannya. Tidak masalah, ia sering kalah dari Riska dan perempuan itu juga diberi tantangan yang tidak kalah menyebalkan.
Riska mengembuskan napas pelan, mau tidak mau, ia harus melakukannya.
Perempuan itu berjalan menuju sang pemain piano dengan wajah kusut, bak pakaian yang belum disetrika. Sebelum naik di atas panggung, ia terhenti sejenak, terlihat berpikir, bagaimana cara mengagetkan seseorang yang ia pun tahu, tingkat ke-santaian Kevin lebih tinggi dari orang-orang pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Time [Completed]
RomanceMeraih 3 kategori dalam lomba 'Write Your Story Challenge 1' diadakan oleh @wpdorm (2017) : 🎉 Juara 3 🎉 Juara favorit 1 🎉 Juara favorit 2 🔢🎨🔢 [This story has been revised] Kevin memang tidak sespesial laki-laki di dunia fiksi. Pianis sekolah...